Seperti yang diceritakan Fata Yuni Merigiana (12). Ujian pertama Bahasa Indonesia ia kerjakan sambil takut. Tapi, pilihan ujian di tenda di halaman sekolah juga bukan pilihan nyaman. Apalagi, di tenda udaranya pengap dan panas.
"Takut, takut aja kalau ada ketimpa robohan. Di tenda mah panas, di dalem mah adem," ungkap Yuni usai menjalani ujian, Kamis (3/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak boleh buat maen juga. Waktu itu belum ada tenda plafon langit-langit jatuh," ujarnya.
Mewakili kesepuluh sahabatnya, Yuni mengaku berharap segera ada bangunan baru untuk sekolahnya. Ia merasa kasihan, pada adik-adik kelasnya yang harus belajar di tenda.
"Pengen cepet dibangun, kasihan anak-anak. Kan masih banyak yang sekolah di sini," ujarnya.
Rasa ketakutan juga dirasakan oleh Iis Suhaeriyah (12) saat menjalani ujian. Tapi, ia pun mengaku lebih nyaman mengerjakan soal karena di ruangan lebih sejuk.
"Tadi bisa kok ngisi ujian. Tapi takut roboh doang. Pengen dibangun panas kalau di tenda," ujar Iis.
Iis yakin, meskipun ujian di ruang nyaris ambruk, ia dan teman-temannya lulus. Ia pun tetap semangat mengerjakan ujian akhir ini untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
"Semangat dong, yakin lulus," tegasnya.
Kepala Sekolah SDN Bantarpanjang Cicih Sri Asih mengatakan, penggunaan sekolah nyaris ambruk ini hanya untuk pelaksanaan Ujian Nasional selama 3 hari. Mereka mengaku tidak berdaya dan bingung mau protes ke mana. Apalagi, informasinya bangunan sekolah masih dalam proses lelang di Pemkab Serang.
"Gimana protesnya, keadaan kami sudah begini. anak-anak pengennya mah ngerasain bangunan baru," ujarnya.
SD Bantarpanjang ini ada di tengah perkampungan daerah Cikeusal. Lokasinya sekitar 2 kilometer dari jalan utama. Tapi, sepanjang jalan ke lokasi SD ini juga sungguh memprihatinkan. Jalan sebagian besar tidak diaspal atau dibeton.
Sekolah ini memiliki murid sebanyak 65 orang. Setelah melaksanakan Ujian Nasional 3 hari ke depan. Pada tanggal 9-12 seluruh murid ini juga akan mengadakan ujian akhir semester.
Kondisi sekolah dalam keadaan nyaris ambruk ini sudah sejak 2013. Menurut Cicih, pada 2016 sebetulnya sekolah ini akan direhabilitasi, tapi kemudian pihak pemerintah Serang gagal melakukan lelang. Jadi, sampai sekarang mereka terpaksa sekolah dan belajar di tenda. (bri/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini