Hal ini disampaikan oleh Muhammad Fayyadh, pengacara Komariah, di Bareskrim Polri, gedung KKP, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (2/5/2018).
"Karena keseharian anak itu nggak bisa lepas dari ibunya. Itu tadi karena anak itu ada sindrom, down syndrom, memiliki kekurangan, jadi nggak bisa jauh dari ibunya," kata Fayyadh kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan si orang yang memberikan kupon itu juga mengatakan Bu Kokom (sapaan Komariah) ajak anaknya sekalian biar di sana senang-senang, makan, terus ada sembako, dapat kupon hadiah, ajakin anaknya, sekali-sekali dibawa ke luar," kata Fayyadh sambil menirukan tetangga pemberi kupon kepada Komariah.
Sebaliknya, ajakan itu berujung tragis bagi Komariah dan Rizky. Komariah dan Rizky menemukan antrean sembako sudah panjang. Keduanya pun memutuskan antre makanan yang sepi. Tak lama berselang, antrean makanan itu juga semakin ramai dan berakhir ricuh.
Komariah juga terpaksa menarik tangan Rizky yang sempat lepas dari genggamannya. Mirisnya, setelah berdesakan, Rizky malah kejang-kejang dan muntah. Rizky juga terpaksa dilarikan ke RS Tarakan. Namun, esok harinya, Rizky mengembuskan napas terakhir. (dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini