"Ada beberapa yang kita mintai keterangan sekitar empat orang, ada dari ABK dan pihak Pelni juga," ujar Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok AKP Faruk Rozi ketika dihubungi detikcom, Rabu (2/5/2018).
Faruk mengatakan pihaknya juga berkoordinasi dengan Pelni untuk mengecek manifes kapal tersebut. "Kita juga terus berkoordinasi dengan Pelni dan kapal Dobonsolo untuk mengecek data manifes kapal," imbuh Faruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kendalanya adalah, tidak ada CCTV yang mengarah langsung ke toilet," ucapnya.
Sementara itu, polisi juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari autopsi yang dilakukan di RSCM. Berdasarkan keterangan dokter kapal, diperkirakan bayi sudah meninggal satu hari sebelum ditemukan.
"Keterangan dari dokter kapal, bayi meninggal lebih dari 1x24 jam. Artinya, sebelum sandar di Tanjung Priok, terindikasi bayi itu sudah meninggal. Kapal Dobonsolo milik kapal Pelni itu (berangkat) dari Jayapura, Bau-Bau, Makassar, Surabaya, Jakarta, lalu kembali lagi," katanya.
Polisi juga tidak bisa memeriksa barang bawaan para penumpang. Sebab, ketika bayi ditemukan, kapal dalam keadaan kosong.
"Persoalannya, ketika itu ditemukan, kapal dalam keadaan kosong, penumpang sudah pada turun semua, karena harus dibersihin baru naik penumpang baru," tuturnya.
Mayat berjenis kelamin perempuan itu ditemukan di kamar mandi ruang ekonomi dek 5 KM Dobonsolo di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin, 30 April 2018. Mayat itu terbungkus celana berwarna hitam.
(mea/mea)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini