Adapun ribuan siswa SD ini berasal dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Mereka memakai kustum yang dipakai prajurit dengan membawa pedang dan tameng serta memakai udeng/ikat kepala. Mereka menari dengan iringan musik bende, saron dan drum yang secara apik.
Kepala Seksi Kesenian dan Nilai-nilai Budaya, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora), Slamet Widada mengatakan, tarian keprajuritan ini menceritakan tentang prajurit Pangeran Sambernyawa yang mengawal saat dilangsungkan perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Ketika itu, para prajurit ini melakukan gladen atau latihan di daerah Getasan, yang kini masuk wilayah Kabupaten Semarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk keberlangsungan tarian ini kedepannya, katanya, telah melakukan workshop tarian keprajuritan. Nantinya, diharapkan menjadi salah satu ekstrakurikuler di masing-masing sekolah.
"Syukur-syukur bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah dasar," ujarnya.
Salah satu pelatih, Surinah (50) mengatakan, tarian keprajuritan ini merupakan salah satu ciri khas di Kabupaten Semarang.
"Tarian ini sudah menjadi ektrakurikuler di sekolah," kata Surinah yang mengajar di SDN Tempuran 01, Bringin.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang, Sarwoto Ndower mendukung penuh keberlangsungkan tarian keprajuritan ini ditampilkan di hadapan tamu undangan dan pejabat teras di Pemkab Semarang.
"Kalau ditampilkan seperti ini para pengambil kebijakan bisa mengetahui keberadaan tarian khas Kabupaten Semarang. Kami berharap nantinya menjadi materi muatan lokal di sekolah," ujar dia.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini