Hal itu disampaikan Gatot ketika menjadi pembicara kunci dalam dialog Urun Rembuk Kebangsaan di Perpusnas, Jakarta. Gatot awalnya berbicara tentang kondisi dunia dengan kompetisi global.
Gatot menyebut setiap orang di Afrika Selatan dijatah air 87 liter dan terus berkurang karena kekeringan dan pemanasan global. Apabila hal itu terus terjadi, menurutnya, akan terjadi pengungsian besar-besaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan selanjutnya kita akan melihat dalam waktu dekat, kurang-lebih 23 tahun lagi, akan ada pengungsian besar-besaran dari sekitar Afrika sana karena mereka tidak bisa hidup lagi," ucap Gatot di Perpusnas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (25/4/2018).
Selain itu, Gatot berbicara tentang ketersediaan pangan yang menipis serta cadangan minyak bumi. Dia mengutip British Petroleum bahwa cadangan minyak bumi semakin tipis.
"Kalau kita konversi, habisnya bukan 2056, tapi 2030. Dari semua inilah, kita harus benar-benar mulai melek, mulai lihat, krisis pangan, krisis air, krisis energi inilah sebenarnya yang menjadi persaingan yang dicari oleh negara-negara yang tidak mempunyai. Satu hal yang saya ingatkan bahwa kelangkaan energi menyebabkan perang di Timur Tengah. Kalau kita lihat di sini semua yang konflik adalah penghasil minyak dan berdasarkan penelitian 70 persen perang dunia berlatar belakang minyak," tuturnya.
Gatot kemudian mengurutkan peristiwa yang dijabarkannya itu ke Indonesia. Menurutnya, potensi perang dapat berpindah ke Indonesia yang kaya sumber daya alam.
Menurut Gatot, bukan hal mustahil Indonesia menjadi tidak ada lagi pada 2030, seperti yang ditulis dalam novel 'Ghost Fleet'. Bung Karno, kata Gatot, juga pernah mengingatkan suatu saat nanti, negara-negara di dunia akan iri melihat Indonesia karena sumber dayanya.
"Dari sini kita harusnya tetap waspada. Mengapa waspada, ada yang mengatakan, sehingga August Cole mengatakan tahun 2030 Indonesia sudah tidak ada lagi. 2030 Indonesia tidak ada lagi. Latar belakangnya itu tadi karena memang semua orang ingin melihat ibarat gadis elok diperebutkan," tutur Gatot.
"Saya tadi ditanya oleh wartawan 'Apakah bisa?' Ya bisa saja, kita kaya, satpamnya tidur, semuanya tidur, dirampok untuk menghilangkan jejaknya dibakar rumahnya, ya hilang. Wong kita kaya. Kecuali kita miskin, rumahnya kita biarin, orang masuk maling lihat-lihat apa yang mau diambil, pergi lagi, tapi karena ini'. Saya tidak menakut-nakuti, tapi inilah yang harus benar-benar kita tanamkan, kita tidak boleh santai," imbuh Gatot.
Namun Gatot menanggapi hal tersebut dengan optimistis. Sebab, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
"Kita harus optimistis. Mengapa optimistis, prediksi tahun 2050 GDP Indonesia menempati peringkat keempat di dunia. Mengapa orang meramalkan, ini bukan meramalkan, tapi begitu berdasarkan statistik berdasarkan indikasi-indikasi yang ada gambarnya seperti ini, tapi kita jangan tidur, kita harus berbuat agar ini bisa terwujud lebih cepat kalau perlu," tegas Gatot.
"Kalau kita optimistis, pasti kita menjadi bangsa pemenang. Intinya. Tapi kalau kita tidak optimistis, Indonesia akan hilang bukan hanya 2030, mungkin dua-tiga tahun lagi. Maka bangkit. Menjadi orang yang optimistis," imbuh Gatot. (dhn/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini