Survei dilakukan tanggal 3-10 April 2018 dengan metode multi stage random sampling, responden 600 orang, dan margin of error sebesar Β±4,1 persen. Hasilnya Ganjar-Yasin didukung 50,3 persen suara, kemudian Sudirman-Ida didukung 10,5 persen suara, sedangkan 39,2 persen belum menyatakan sikap.
"Metode kita tatap muka langsung dengan responden. Kita gunakan sampel 600 sudah cukup merepresentasikan DPT," kata Direktur LSKP-LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono, dalam konferensi pers di Hotel Grand Candi Semarang, Selasa (24/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari konferensi pers bertajuk 'Ganjar di Ambang Dua Periode' itu disebutkan pula alasan pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin lebih unggul dari Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Ada empat alasan yang dipaparkan oleh LSI.
Pertama, karena popularitas individu Ganjar Pranowo yang kini mencapai 89,5 persen sedangkan Sudirman Said 44,2 persen. Sedangkan popularitas dua kandidat cawagub masih di bawah 30 persen.
"Ganjar dikenal 89,5 persen, itu sudah termasuk populer. Kalau pilkada masih 6 bulan lagi, ini (Sudirman Said) masih punya kesempatan untuk migrasi suara," pungkasnya.
Kedua, karena 57,6 persen menyatakan puas dengan kinerja Ganjar selama menjabat Gubernur Jateng. Detailnya yaitu 6,8 persen sangat puas, 50,8 persen cukup puas, sisanya yaitu 25,7 persen kurang puas, 2,7 persen tidak puas sama sekali, dan 14 persen tidak tahu.
"Di survei selalu ditanya terkait kinerja inkumben," jelas Sunarto.
Ketiga, pasangan Ganjar-Yasin perpaduan antara nasionalis dan agamis. Taj Yasin sendiri merupakan putra ulama kharismatik, KH Maimoen Zubair.
Keempat, Ganjar unggul di segmen generasi milenial dans enior. Generasi milenial di bawah 40 tahun mencapai 42 persen dari seluruh pemilih. Generasi ini aktif membangun komunikasi jejaring lewat sosial media.
"Ganjar aktif di Medsos, twitter. Meski Sudirman Said juga aktif tapi tidak seaktif Ganjar," pungkasnya. (alg/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini