Marlita merupakan satu-satunya Bhabinkamtibmas perempuan yang ada di Kudus. Kesehariannya dia bekerja di Desa Sambung, Kecamatan Undaan, Kudus.
Di tengah kesibukannya, Marlita, membagi waktunya antara dinas sebagai Bhabinkambtimbtas Desa Sambung maupun jadi guru mengaji bagi anak-anak di kampungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu salat Asar baru saja berlalu. Jemaah salat baru saja turun. Beberapa anak usia SD telah memasang meja dampar berwarna biru. Tak lama kemudian, Marlita tiba.
Suara-suara lantang bacaan surat pendek Alquran menggema. Seolah memenuhi ruangan Musala Al Ihsan Desa Sambung, Gang 9, RT 02, RW 02.
"Diulangi lagi bacaannya," seru Marlita kepada salah satu murid ngajinya.
Dara kelahiran 18 Maret 1996 ini terlihat teliti mengajari bacaan salah satu surat pendek Alquran. Tidak hanya itu, Marlita juga dituntut sabar menghadapi bocah. Mengingat beragamnya tingkah laku masing-masing muridnya.
"Saya dituntut punya sifat keibuan. Praktis, saya harus bersabar menghadapi anak-anak. Kadang mereka rewel, ganggu temannya ngaji, dan lainnya," ucapynya.
Dia sudah mengajari ngaji anak sekampungnya sejak lama dan sukarela. Baginya, berbagi ilmu agama adalah kepuasan tersendiri. Yang tak mampu dinilai oleh apapun. Tidak hanya itu, apa yang dilakukannya sebagai guru ngaji juga mendapatkan dukungan dari orang tua dan juga Kapolsek Undaan AKP Anwar.
"Sosok perempuan zaman kini, memang harus mampu berbuat lebih baik dan bermanfaat untuk sesama. Harapan saya, di Hari Kartini ini, akan semakin banyak perempuan yang menginspirasi sesama. Serta tidak kalah dengan kalangan pria," ucap putri pertama dari dua bersaudara ini.
Ibundanya, Humaedah (43) diam-diam memang bangga dengan sosok anaknya. Selain berguna untuk desa, juga mampu memberikan contoh bagus di kalangan perempuan zaman kini.
"Bangga saya dengan Mbak Ita (panggilan akrab ibu ke Marlita)," ungkap Humaedah.
Apalagi di tengah kesibukannya menjaga kekondusifan desa, masih bisa menyempatkan diri untuk mengajar ngaji. Putrinya memang bercita-cita jadi polisi sejak masih kecil.
"Sejak kecil sudah ingin jadi polisi. Saat ada rekrutmen 2014 lalu, mbak Ita izin ke ibu dan bapaknya," bebernya.
Padahal Marlita ketika itu tak punya kemampuan berenang. Padahal itu syarat yang harus dimiliki. Berbekal keinginan yang kuat, Marlita mendaftarkan diri dalam sebuah pelatihan renang. Hasilnya, kendala itu tak lagi masalah.
Akhirnya, Humaedah dan ayah Marlita, Sudarmono (46) merestuinya mendaftar jadi polisi.
"Alhamdulilah cita-citanya tercapai. Bahkan tetap rajin ngajari ngaji," ucapnya.
Kapolsek Undaan AKP Anwar mengatakan, dia senang melihat anggotanya berguna bagi masyarakat. Serta tak lupa dengan tanggung jawabnya sebagai Bhabinkamtibmas.
"Marlita itu harus bisa eksis, tentu dengan cara yang baik dan beri contoh bagus. Itu sudah dilakukannya," kata Anwar. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini