"Dunia telah menyaksikan penderitaan melalui foto-foto yang mengerikan, yang keluar dari Suriah sejak minggu kemarin. Foto-foto dari anak-anak yang terbunuh ini bukan berita palsu atau fake news," cetus Donovan saat ramah-tamah dengan wartawan di kediaman dinas Dubes AS di Taman Suropati Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/4/2018).
Dikatakan Dubes AS tersebut, rezim Suriah telah beberapa kali menggunakan senjata kimia untuk memaksimalkan penderitaan warga sipil. "Jadi sudah ada laporan sebanyak 30 insiden terpisah sejak April 2017, ketika Suriah menggunakan gas sarin untuk membunuh rakyatnya sendiri," tutur Donovan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut diplomat Amerika tersebut, laporan OPCW tersebut menunjukkan tidak hanya adanya pola agresi terhadap rakyat Suriah yang menggunakan senjata kimia, namun juga membuktikan bahwa klaim Rusia yang menyebut Assad telah menyingkirkan senjata kimianya, adalah tidak benar.
Pekan lalu, sejumlah organisasi kemanusiaan seperti organisasi White Helmets dan Syrian American Medical Society melaporkan serangan gas kimia beracun telah terjadi di Douma, Suriah, pada 7 April lalu. Dilaporkan dua organisasi itu bahwa lebih dari 500 orang dibawa ke pusat-pusat medis 'dengan gejala-gejala yang mengindikasikan paparan ke zat kimia'. Puluhan orang termasuk anak-anak dilaporkan tewas akibat serangan kima itu.
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), menyatakan telah memiliki bukti bahwa serangan kimia itu didalangi rezim Suriah. Pada Sabtu (14/4) dini hari waktu setempat, AS bersama Inggris dan Prancis melancarkan serangan rudal ke sejumlah fasilitas senjata kimia Suriah. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini