Kepala BNPB Willem Rampangilei mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Untuk itu, kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan.
"Tandanya apa? Satu, kita dilalui cincin api pasific. Sehingga ada kurang lebih 150 juta saudara-saudara kita itu tinggal di daerah rawan bencana gempa bumi, 60 juta tinggal di daerah rawan banjir, 40 juta tinggal di daerah rawan longsor, 4 juta rawan tsunami, 1,1 juta tinggal di daerah rawan erupsi gunung berapi. Jadi itu faktanya," kata Willem dalam sambutannya, di Kawasan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (15/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bencana alam tersebut, menurut catatan BNPB, menimbulkan kerugian baik dari aspek ekonomi, maupun kerusakan infrastruktur. Bencana, terutama berdampak pada jutaan masyarakat di Indonesia.
"Bencana tahun lalu itu tercatat 2.372 kali, menelan korban sebanyak 372 orang. Kalau kita lihat memang lebih baik dibandingkan tahun 2016 itu yang meninggal dunia 561 orang," ungkapnya.
Untuk itu, kata Willem, penanggulangan bencana, menjadi tanggungjawab dan urusan bersama, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha. Oleh sebab itu, BNPB secara khusus menggelar peringatan HKB yang juga dihadiri dari unsur-unsur tersebut.
"Karena perlu kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha," ujarnya.
Kegiatan sosialisasi ini mengambil Tema 'Siaga Bencana Dimulai dari Diri Kita, Keluarga, dan Komunitas'. Tema ini dipilih, kata Willem, berdasarkan penelitian yang dilakukan warga Jepang, di mana masyarakat selamat dari bencana karena kemampuan diri, keluarga, dan komunitas.
"Seseorang itu selamat dikarenakan kapasitas pribadinya 34 persen. jadi seseorang selamat dari bencana karena 34 persen karena kemampuan dirinya, lalu 32 persen oleh keluarga, 28 persen oleh orang di sekitarnya, dan seluruhnya kalau dikumpulkan bahwa 95 persen itu ada di komunitas, dari mulai keluarga, kemampuan pribadi, dan komunitas. Oleh karena itu pendekatan kita dalam mewujudkan Indonesia tangguh bencana itu dengan pendekatan pembangunan ketangguhan berbasis bencana," paparnya.
Willem mengatakan, dengan kegiatan HKB ini, ia mengharapkan dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa di Indonesia dari bencana alam. Terutama untuk mengurangi dampak bencana yang menurutnya sangat kompleks dan multidimensional.
"Bahkan penanggulangan bencana ini bisa mengoreksi pertumbuhan ekonomi. Jadi dampak bencana sampai bisa mengancam kehidupan masyarakat, bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu kita perlu melakukan investasi. Kegiatan kita pada pagi hari ini merupakan investasi itu merupakan bagian investasi kita dalam pengurangan bencana," pungkasnya.
Peringatan pertama HKB ini dihadiri oleh BNPB, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Lembaga Penanggulangan Bencana Indonesia Nahdlatul Ulama (LPBI NU), dan Palang Merah Indonesia (PMI), BAZNAS, ACT, Pramuka, Unilever, Indofood, BPBD Maluku Utara hadir, Sumatera Barat, Sumatera Selatan.
Acara dimulai dengan senam pagi, diikuti defile drumb band, pawai untuk menjaring komitmen HKB, sosialisasi dan penjelasan tentang HKB, stand up comedy, pemberian apresiasi dan penghargaan bagi partisipan dengan jumlah peserta terbanyak pada HKB 2017 dan penandatanganan komitmen bersama #Siap Untuk Selamat. (fai/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini