Serangan rudal dilancarkan AS, Inggris dan Prancis pada Sabtu (14/4) dini hari waktu Suriah. Serangan rudal itu dilancarkan ke tiga target terkait senjata kimia Suriah yang ada di area Damaskus dan Homs. Serangan ini bertujuan untuk menghukum rezim Presiden Bashar al-Assad yang diyakini mendalangi serangan kimia di Douma, pekan lalu. Rezim Assad telah membantah tudingan itu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/4/2018), reaksi keras diberikan oleh Rusia dan Iran yang merupakan sekutu utama rezim Assad. Baik Rusia maupun Iran selama ini mendukung pertempuran rezim Assad dalam melawan kelompok pemberontak yang ingin melengserkan Assad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, menyebut 'aksi semacam itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi'.
Iran dalam pernyataannya juga memperingatkan AS dan sekutunya bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi besar atas aksinya ini. Serangan rudal oleh AS, Inggris dan Prancis itu disebut telah 'melanggar aturan dan hukum internasional'.
"Tidak diragukan, Amerika Serikat dan sekutunya, yang mengambil aksi militer terhadap Suriah meski tidak ada bukti ... akan menanggung tanggung jawab untuk konsekuensi kawasan dan lintas kawasan dari adventurisme ini," sebut Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya.
Dukungan untuk AS dan Sekutunya
Dukungan untuk AS, Inggris dan Prancis datang dari NATO dan Uni Eropa, juga dari Jerman, Israel dan Turki. Dalam pernyataannya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, terang-terangan mendukung serangan rudal yang menargetkan fasilitas senjata kimia Suriah itu.
"Saya mendukung tindakan yang diambil oleh Amerika Serikat, Inggris dan Prancis... Ini akan mengurangi kemampuan rezim (Suriah) untuk menyerang rakyat Suriah dengan senjata kimia," sebut Stoltenberg dalam pernyataannya.
"NATO mempertimbangkan penggunaan senjata kimia sebagai ancaman untuk perdamaian dan keamanan internasional, dan meyakini bahwa sangat penting untuk melindungi Konvensi Senjata Kimia," imbuhnya.
Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, melalui akun Twitternya juga menyatakan dukungan Uni Eropa untuk serangan udara AS dan sekutunya ini. "Akan berdiri bersama sekutu-sekutu kami di sisi keadilan," tegas Tusk.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyatakan dukungan untuk serangan udara yang disebutnya sebagai 'intervensi militer yang diperlukan dan layak'. "Operasi militer yang diperlukan dan layak untuk menjaga efektivitas larangan internasional terhadap penggunaan senjata kimia dan untuk memperingatkan rezim Suriah atas pelanggaran lebih lanjut," sebut Merkel dalam pernyataan yang dirilis situs Bundestag.
Sementara itu, dukungan dari Israel datang dari seorang pejabat pemerintahan Israel yang menolak disebut identitasnya. Pejabat Israel ini menyebut serangan AS dan sekutunya ke Suriah itu bisa dibenarkan karena 'tindak pembunuhan' yang selama ini dilakukan rezim Suriah.
"Tahun lalu, Presiden (AS) Donald Trump mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia akan melanggar garis merah. Malam ini, di bawah panduan Amerika, AS, Prancis dan Inggris bertindak demikian (karena) Suriah terus melakukan tindak pembunuhan," sebut pejabat senior Israel ini.
Otoritas Turki, melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri-nya, menyambut baik serangan udara oleh AS, Inggris dan Prancis ini. "Kami menyambut baik operasi ini yang telah meredakan kekhawatiran hati nurani kemanusiaan dalam menghadapi serangan (kimia) di Douma, yang diduga kuat dilakukan oleh rezim (Suriah)," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
"Turki menganggap operasi yang dilakukan pagi hari ini oleh AS, Inggris dan Prancis sebagai respons yang pantas untuk serangan kimia yang menewaskan banyak warga sipil di Douma pada 7 April," imbuh pernyataan itu. Turki juga menuding Suriah telah melakukan 'kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang' selama konflik Suriah berlangsung sejak tahun 2011.
Baik Rusia, Israel dan Turki telah diberitahu terlebih dulu oleh AS dan sekutunya, sebelum serangan dilancarkan pada Sabtu (14/4) waktu setempat.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini