Sekjen PBB Prihatin Atas Kebuntuan Dewan Keamanan Soal Suriah

Sekjen PBB Prihatin Atas Kebuntuan Dewan Keamanan Soal Suriah

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 12 Apr 2018 11:51 WIB
anak-anak Suriah yang menjadi korban dugaan serangan kimia di Douma (Foto: REUTERS)
New York - Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan kepada lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB atas "kebuntuan" mengenai Suriah. Guterres menekankan perlunya untuk mencegah situasi ini menjadi tak terkendali.

Pernyataan itu disampaikan pemimpin badan dunia tersebut menyusul gagalnya Dewan Keamanan PBB menyetujui respons atas dugaan serangan kimia di Douma, Suriah pada Sabtu (7/4) lalu. Kegagalan terjadi karena Rusia menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan resolusi DK PBB mengenai pembentukan penyelidikan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah.


"Saya juga telah mengikuti dengan seksama perkembangan di Dewan Keamanan dan menyesalkan karena Dewan sejauh ini tak bisa mencapai kesepakatan mengenai masalah ini," ujar Guterres mengenai Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis dan Inggris selaku negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini, saya memanggil para Duta Besar dari lima anggota tetap Dewan Keamanan untuk mengulangi keprihatinan mendalam saya akan risiko-risiko dari kebuntuan saat ini dan menekankan perlunya menghindari situasi ini menjadi tak terkendali," imbuh Guterres seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (12/4/2018).


"Jangan sampai kita lupa bahwa, pada akhirnya, upaya-upaya kita harus bisa mengakhiri penderitaan yang mengerikan dari rakyat Suriah," tandasnya.

Pada Selasa (10/4) waktu setempat, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan resolusi mengenai penyelidikan dugaan penggunaan senjata kimia di Douma yang dikuasai pemberontak. Puluhan orang, termasuk perempuan dan anak-anak dilaporkan tewas dalam serangan pada Sabtu (7/4) tersebut. Negara-negara Barat menuding rezim Presiden Bashar al-Assad mendalangi serangan kimia tersebut. Tuduhan ini telah dibantah keras pemerintah Suriah dan sekutu utamanya, Rusia. (ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads