Siswa Patapan Cirebon Terjang Sungai Demi Bisa Tiba Sekolah

Siswa Patapan Cirebon Terjang Sungai Demi Bisa Tiba Sekolah

Sudirman Wamad - detikNews
Selasa, 10 Apr 2018 16:38 WIB
anak sd menyeberangi sungai menuju sekolah/Foto: Sudirman Wamad
Cirebon - "Sini, sini, ikutin saya. Jangan ke situ licin," teriak Panji Ade salah seorang siswa SDN 2 Patapan, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat saat menerjang derasnya Sungai Ciciluk Desa Patapan.

Saat itu, Panji tengah memberikan instruksi kepada teman sekolahnya yang juga ikut menerjang arus sungai. Setiap hari, Panji dan teman sekolahnya yang tinggal di Dusun Pagedangan harus menerjang arus Sungai Ciciluk untuk bisa sampai ke sekolahnya, SDN 2 Patapan yang berada di Dusun Pon.

Bahaya besar selalu menanti para siswa. Namun, kondisi tersebut tak menyurutkan semangat belajar siswa SDN 2 Patapan tersebut. Derasnya arus sungai serta terjalnya bebatuan membuat siswa kesulitan menyeberang. Panji khawatir air sungai meluap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Takutnya banjir, terbawa air. Gak enak, bahaya," kata Panji saat ditemui detikcom usai pulang sekolah di sekitar Sungai Ciciluk, Selasa (10/4/2018).

Saat musim hujan, diakui Panji, air sungai meluap. Ia berani menerjang arus sungai karena saat ini kedalaman air sedang surut. Bahkan, ia juga sempat kehilangan peralatan sekolahnya lantaran terbawa arus sungai demi bisa sekolah.

Kendati demikian, Panji tetap nekat menerjang sungai. "Pernah sepatu sama buku terbawa arus. Kalau ke jembatan gantung harus memutar jauh," ucapnya.

Mayoritas siswa enggan memilih jalur memutar menuju jembatan gantung yang menghubungkan antara Dusun Pagedangan dengan Dusun Pon. Jarak yang jauh menjadi salah satu alasannya.

"Terus juga jembatannya sudah bolong-bolong. Ada yang rusak, takut," kata Panji.

Panji dan siswa lainnya sudah bertahun-tahun menaklukkan derasnya arus sungai Ciciluk. Panji berharap ke depannya jembatan penghubung antara dusunnya dengan SDN 2 Ciciluk bisa dibangun. "Pengennya ada jembatan, biar gak takut lagi," kata siswa kelas IV SDN 2 Patapan itu.

Di tempat yang sama, Wulan salah seorang guru SDN 2 Patapan kerap mengantar dan memantau siswanya yang menyeberangi sungai. Sungai tersebut berjarak sekitar 200 meter dari SDN 2 Patapan. Wulan mengaku khawatir dengan siswanya, pasalnya arus sungai Ciciluk terbilang deras.

"Ya kalau ada anak kelas VI, saya tidak ikut mengantar. Kalau kelas VI pulang duluan, saya antar siswa kelas IV, III dan lainnya. Kalau kelas VI kan sudah besar," kata Wulan usai mengantar siswa.

Dikatakan Wulan, tak adanya jembatan penghubung antara Dusun Pagedangan dengan Pon sudah sejak lama, bahkan sudah puluhan tahun. Bahkan, sebelum ia bertugas di SDN 2 Patapan.

"Saya bertugas di sini itu tahun 2009, tapi katanya sudah lama. Sebelum saya di sini memang tidak ada, tapi pernah ada cuma rubuh," kata Wulan.

"Jembatan juga sebenarnya ada, tapi harus memutar jauh. Kondisinya juga sudah agak rusak, ada kayu-kayunya yang berlubang. Selain itu, akses lainnya adalah memutar menuju jalan raya utama, tapi harus menggunakan kendaraan bermotor," tambah Wulan.

Wulan menyebutkan sekitar 70 siswa SDN 2 Patapan setiap harinya harus menaklukan derasnya arus sungai untuk bisa sampai ke sekolah. Musim hujan, menurut Wulan, menjadi salah satu musim yang menentukan kehadiran siswa di sekolah. Siswa asal Dusun Pagedangan kerap tak berangkat ke sekolah ketika hujan deras.

"Jumlah siswa di sini itu 163, sekitar 50 persen dari total siswa itu asal Pagedangan. Kalau musim bukan itu siswa banyak yang berangkat, apalagi kalau pas belajar terus mendung. Siswa pengennya pulang cepat, khawatir menyeberangnya susah," katanya.

Wulan berharap pemerintah bisa membuat jembatan penghubung agar memudahkan masyarakat, khsusunya siswa. "Harapannya ada jembatan. Agar mempermudah akses antara Pagedangan dengan Pon," harapnya.

(avi/avi)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads