Potensi tsunami di Jawa Bagian Barat yang dimaksud adalah hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer, menggunakan sumber tsunami dari gempabumi di tiga titik potensi gempabumi "megathrust", Enggano, Selat Sunda, dan Jawa Barat Bagian Selatan.
"Skenario terburuknya itu (total ada 6 skenario), jika gempa terjadi secara bersamaan di tiga titik potensi gempa, dan dengan skala tertinggi, 9 skala richter (SR). Skenario ini apabila dibuat simulasi permodelan, maka akan menimbulkan tsunami yang dahsyat. Tapi perlu ditekankan bahwa ini adalah pemodelan yang ditujukan guna mencari solusi langkah mitigasi andai bencana terjadi," ujar Unggul dalam keterangannya, Kamis (5/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, ini kan baru sebuah pembicaraan (baru bikin model), dan menggunakan data batimetri sekunder - bukan data primer. Hal tersebut masih harus didalami lebih lanjut. Jadi belum bisa dijustifikasi pasti akan terjadi seperti itu. Hal inipun disampaikan dalam pertemuan ilmiah untuk mencari langkah mitigasi terbaik dalam menghadapi bencana tsunami," jelas Unggul.
Terkait dengan hasil kajian awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat yang telah disampaikan di atas, maka perlu dilakukan tindaklanjut berupa kajian dengan menggunakan data yang lebih akurat. Meskipun ini adalah hasil kajian awal, tetapi telah mengindikasikan adanya potensi ancaman tsunami yang besar di sepanjang pantai Jawa Bagian Barat.
"Bagi masyarakat sendiri, yang terpenting jangan cepat panik karena seperti yang disampaikan sebelumnya, ini masih potensi, belum tentu kapan terjadinya kita tidak mengetahuinya, bisa saja terjadi bertahun tahun lagi, bahkan mungkin juga seribu tahun, tidak ada yang tahu pasti masalah gempa, termasuk juga skalanya, bisa besar sekali, bisa juga tidak terjadi seperti itu," ujar Unggul.
Unggul lalu membandingkan bencana yang pernah dialami Jepang, yang diklaim sebagai negara yang paling siap menghadapi gempa. Berkaca kepada tsunami yang terjadi di Jepang, mereka juga kecolongan. Jepang menunggu gempa terjadi di sekitar Tokyo, lalu setelah itu gempa di Sendai. Tapi apa yang terjadi, Gempa Tokyo yang ditunggu tidak datang, gempa malah terjadi di Sendai.
"Jepang itu paling siap dengan gempa, mereka bikin dinding hingga lebih 8 meter, namun tsunami yang terjadi sampai bisa 15 meter, dengan demikian terlampaui dinding yang berada di sepanjang pantai Sendai. Ini merupakan salah satu contoh, bahwa gempa paling sulit sekali diprediksi kapan terjadinya dan berapa besar skalanya," kata Unggul.
Sebagai informasi, Isu Potensi tsunami di Jawa Bagian Barat ini awalnya bersumber dari kegiatan Seminar Ilmiah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 yang dilaksanakan Selasa, 3 April 2018 di Gedung Auditorium BMKG - Jakarta dengan topik "Sumber-sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat".
Sekali lagi Kepala BPPT meminta kepada masyarakat yang terpenting adalah selalu waspada dan pemangku kepentingan juga memerhatikan aspek mitigasi di kawasan potensi bencana.
"Misalkan standar bangunan (para pengembang) di beberapa kota potensi gempa, harus diprediksi dengan ukuran gempa yang kira-kira sebesar apa potensinya. Saya juga berharap tidak muncul lagi berita yang sensasional sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan kecemasan di masyarakat," pungkasnya. (fjp/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini