Gagasan memunculkan poros ketiga di luar kontestasi Jokowi vs Prabowo, yang diwacanakan Partai Demokrat, sulit terwujud. Jika PD akhirnya mengarah ke poros koalisi Jokowi, drama politik panjang antara SBY dan Megawati Soekarnoputri bakal segera diakhiri dengan kehangatan islah.
"Realisasi politik Poros Ketiga agak sulit diwujudkan mengingat prasyarat presidential treshold yang cukup berat. PD harus mampu menarik dukungan total PKB dan PAN bila ingin memunculkan poros ketiga. Ini cukup sulit mengingat kekuatan elektoral figur yang hendak diusung, yaitu Muhaimin Iskandar, AHY atau Zulkifli Hasan yang masih jauh di bawah elektabilitas Jokowi atau pun Prabowo," kata Ketua DPP PD Kastorius Sinaga kepada wartawan, Kamis (5/4/2018).
Sementara itu, fakta mencolok yang terjadi adalah rivalitas atau perlombaan untuk merebut kursi cawapres Jokowi. Maka, menurut Kastorius, pilihan untuk bergabung dengan Jokowi merupakan opsi paling realistis untuk Demokrat. Khususnya dalam rangka mempersiapkan AHY sebagai pemimpin ke depan di tahun 2024.
"Kita tahu 2024, baik Jokowi maupun Prabowo tidak akan mungkin maju di pertarungan Pilpres 2024. Tokoh muda seperti AHY atau Cak Imin adalah tokoh-tokoh muda yang berpeluang besar memimpin di 2024. Namun langkah reposisi politik mereka di Pilpres 2019 ini, tentu, sangat menentukan suksesi mereka di masa depan," kata Kastorius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Gerindra: Cawapres Prabowo Mengerucut 3 Nama |
Namun demikian, merapatnya PD ke Jokowi bermakna lebih dalam terhadap relasi kekuasaan dari para elite dan tokoh puncak nasional. Namun ada fenomena politik menarik yang bisa terjadi.
"Sangat dimungkinkan bahwa islah atau rekonsiliasi tokoh puncak antara SBY dengan Megawati akan terwujud. Presiden Jokowi akan pasti menyambut baik langkah tersebut mengingat peran besarnya ke depan dalam memimpin Indonesia yang memang membutuhkan dukungan luas dan solid," katanya.
Tak hanya menguntungkan Jokowi, islah Megawati dan SBY diyakini akan membuat publik senang. "Publik pun sangat mengharapkan momentum islah kedua tokoh besar tersebut karena akan memberi iklim politik yang sangat kondusif di tengah fragmentasi nasional di atas basis konflik nasionalisme versus agama yang merebak akhir-akhir ini. Rakyat saat ini sangat merindukan kerja sama erat di antara para elitenya. Karena hanya dengan kerja sama demikian visi Indonesia kuat akan bisa terwujud ke depan," pungkasnya.