Awalnya, Indri mengatakan Novanto tiba di rumah sakit dibawa dengan brankar yang didorong seorang sopir dan petugas keamanan rumah sakit. Saat itu, menurutnya, wajah Novanto ditutupi selimut.
Baca juga: Fredrich Kesal Disebut Pengacara Bakpao |
"Biasanya kami menerima pasien diantar perawat. Tapi ini tidak ada perawat yang mengantar. Saya pikir inilah pasiennya, langsung saya arahkan ke kamar 323. Yang saya ingat pasien (ditutupi) rapat, ditutupin cuma mukanya sedikit (kelihatan)," ujar Indri ketika bersaksi dalam sidang lanjutan perkara perintangan penyidikan Setya Novanto dengan terdakwa dr Bimanesh Sutarjo di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, ada dr Bimanesh Sutarjo yang mengecek kondisi Novanto. Indri mengaku sempat melihat ada luka lecet di dahi sebelah kiri dan tangan kiri Novanto.
Indri mengaku diperintah Bimanesh untuk menempelkan infus ke tangan Novanto. Namun Indri tidak langsung memenuhi perintah Bimanesh yang sejurus kemudian keluar ruangan.
Perawat senior rumah sakit itu kemudian memilih memeriksa detak jantung Novanto. Setelah itu, Indri ingin memeriksa tensi Novanto, namun Bimanesh yang masuk ruangan lagi, mengambil alih pekerjaan Indri.
"Dokter Bimanesh mengambil alih pekerjaan saya. Sambil berkata kepada pasien, tensinya 180 per 110 tapi pasien tetap diam saja," ucap Indri.
Setelah itu, Indri baru melihat benjolan di dahi Novanto. Padahal, menurutnya, benjolan itu tadinya tidak ada.
"Dilihat di dahi itu ada benjolan, dua benjolan. Itu setelah yang kedua saya lihat. Benjolannya hanya sebesar kuku saya," ucapnya.
"Dokter Bima juga bilang, 'loh tadi nggak ada, sekarang kok ada'," imbuh Indri.
Dalam perkara ini, Bimanesh didakwa merintangi penyidikan KPK atas Setya Novanto dalam kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Bimanesh diduga bekerja sama dengan Fredrich Yunadi merekayasa sakitnya Novanto.
(haf/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini