Jenderal Myanmar tersebut mengatakan hal itu dalam pertemuan militer di negara bagian Kachin, Myanmar utara pada Senin (26/3) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, sang jenderal menyebut Rohingya sebagai orang Bengali dan mengatakan "mereka tidak punya karakteristik ataupun kesamaan budaya dengan etnis-etnis lain di Myanmar."
"Ketegangan dipicu karena orang-orang Bengali menuntut kewarganegaraan," cetus Hlaing seperti dikutip media Dhaka Tribune seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (27/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 700 ribu warga Rohingya telah mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus 2017 lalu, saat dimulainya operasi militer Myanmar. PBB telah menyamakan operasi militer tersebut dengan pembersihan etnis. Namun otoritas Myanmar berdalih bahwa operasi tersebut bertujuan untuk memusnahkan para ekstremis.
Pemimpin de-facto Myanmar, Aung San Suu Kyi yang merupakan peraih Nobel Perdamaian, telah menuai kecaman dari para pemimpin dunia karena dianggap gagal membela Rohingya. Sejumlah penghargaan internasional yang diterima Suu Kyi juga ditarik kembali akibat sikapnya soal penderitaan Rohingya.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini