Wiji tinggal bersama ayah, ibu dan dua orang kakak. Rumahnya berada di Dusun Jengglong, Desa Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
Saat ditemui di rumahnya, Wiji sedang beristirahat. Di balik raut wajah yang tampak seperti anak-anak lain, ternyata dia menderita sirosis dan gangguan pada saluran pencernaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diketahui ada pembengkakan saluran cerna, pecahnya pembuluh darah di saluran cerna dan ada pembengkakan limpa. Setelah dicek endoskopi baru ketahuan ternyata juga mengalami sirosis," kata Rini, Senin (26/3/2018).
Dengan kondisi seperti ini, Wiji hanya bisa mencerna makanan yang lembut. Asupan gizi Wiji juga harus selalu dijaga agar penyakitnya tidak kambuh.
"Makanannya bubur atau sayur yang diblender. Selain itu harus minum susu khusus buat anak yang pencernaannya bermasalah. Satu kalengnya sampai Rp 300 ribu, untuk tiga hari," katanya.
![]() |
Cara pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan cangkok hati. Kandidat yang paling memungkinkan untuk bisa dicangkok ialah kakaknya, Amartya Zen yang duduk di bangku SMA kelas X.
Dari informasi yang ia peroleh, cangkok hati memerlukan dana sekitar Rp 900 juta hingga Rp 1,2 miliar. Penggalangan dana sudah mulai dilakukan di beberapa situs donasi.
Namun sebelum dicangkok, Wiji harus menjalani pemeriksaan khusus untuk mengetahui penyebab dan seberapa parah penyakitnya. Saat ini Rini masih menunggu rujukan dari dokter.
"Di RSUD dr Moewardi (Solo) belum pernah melakukan biopsi kepada anak balita. Makanya ini saya menunggu rujukan dulu, kemungkinan nanti di RSUD dr Sardjito Yogyakarta atau RSCM Jakarta," katanya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini