"Saya tidak mau, Pak, jadi pengemis, saya masih bisa bekerja cari uang," ujar Ninik saat ditemui detikcom di Jalan Prof Basalama, Kecamatan Panakukang Makassar, Minggu (25/3/2018).
Ninik melakukan pekerjaan tersebut sejak tahun 2008 silam. Setiap hari Ninik berangkat dari rumahnya di kawasan Jalan Adhyaksa Baru sekitar pukul 08.00 WITA. Ninik mengayuh becak gerobak dan berjalan kaki menyusuri Jalan Perintis Kemerdekaan arah Makassar Town Square (Mtos).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selama mencari barang bekas, Ninik mendudukkan 2 balitanya Sakinah (1) dan Amirah (4) di atas gerobak. Ibu 5 anak itu berkeliling mencari barang bekas berupa plastik dan botol bekas, besi tua, serta kertas hingga pukul 22.00 Wita. Setiap hari Ninik mampu mengumpulkan uang Rp 20.000 hingga Rp 30.000.
"Ia terpaksa mengajak dua anak karena tidak ada yang membantu menjaganya," tutur dia.
![]() |
Ninik mengaku kedua anaknya yang masih balita itu sudah biasa dengan panasnya matahari, hujan, hingga bau aroma tempat sampah. Dia memandang pekerjaan itu lebih baik daripada harus menjadi seorang pengemis.
"Jadi seperti ini saja banyak yang pandang sebelah mata apalagi jadi pengemis," ucapnya sambil mendorong becak.
"Kalau sehari hari hanya dapat Rp 20.000 juga, Pak. Tapi inilah hidup belum lagi saya harus menghidupi kelima anaknya, kalau cukup ya tidak cukup juga namun di syukuri saja," imbuhnya.
![]() |
Ninik menjelaskan, kedua balitanya terpaksa dibawa mencari barang bekas karena tak ada yang menjaganya di rumahnya. Sementara itu suaminya juga pergi bekerja sebagai pemulung. Ninik membawa kedua anaknya sejak masih bayi.
Ninik mengaku belum pernah menerima bantuan sosial dari Pemerintah Kota Makassar, baik dari Kecamatan maupun dari Dinas Sosial Kota Makassar.
Ninik pun harus menghidupi 5 anaknya, termasuk 2 anak balitanya yang dibawanya mencari nafkah. Namun beruntung ketiga anaknya telah disekolahkan secara gratis. (idh/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini