Lautan Busa Limbah Detergen Masih Penuhi Kali BKT Marunda

Lautan Busa Limbah Detergen Masih Penuhi Kali BKT Marunda

Zunita Amalia Putri - detikNews
Sabtu, 24 Mar 2018 13:31 WIB
Lautan Busa Limbah Deterjen Masih Penuhi Kali BKT Marunda (Zunita/detikcom)
Jakarta - Lautan busa di Banjir Kanal Timur (BKT) Marunda, Jakarta Utara, terpantau masih menyelimuti aliran air di kali BKT setelah pintu air Weir 3 Marunda. Busa ini berasal dari limbah rumah tangga, khususnya detergen.

detikcom memantau lokasi, Sabtu (24/3/2018) pukul 12.50 WIB. Busa tebal tampak masih memenuhi aliran air sungai di dekat pintu air Weir 3 ini hingga ujung BKT Marunda.

Terlihat juga beberapa warga tengah asyik memancing di dekat pintu air Weir 3 Marunda. Mereka kebanyakan memancing menggunakan jala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan kemunculan busa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya beda tinggi antara muka air di KBT Marunda dan muara laut serta limbah detergen masyarakat.

Lautan Busa Limbah Deterjen Masih Penuhi Kali KBT MarundaLautan Busa Limbah Deterjen Masih Penuhi Kali BKT Marunda. (Zunita/detikcom)

Anies juga berjanji akan mengkaji penggunaan limbah detergen di lingkungan masyarakat yang perairannya menyambung ke pintu air agar tidak menghasilkan busa yang banyak lagi.

"Kami harus me-review kembali penggunaan detergen-detergen itu meskipun di rumah kami hanya gunakan satu baskom, dua baskom, atau satu mesin cuci, dua kali kerja tapi ketika dikumpulkan itu menjadi volume detergen yang luar biasa besar," jelas dia.


"Jadi ini laporan sementara seperti itu dan ada berapa langkah-langkah yang dilakukan, tapi ini kami akan cek lebih jauh karena kalau sekadar menggunakan alat kimia untuk menghilangkan, buihnya hilang nggak keliatan di foto, tapi bukan berarti polusinya hilang," lanjutnya.

Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih, sebelumnya mengatakan hal sama dengan Anies. Munculnya busa sebanyak itu di BKT Marunda, menurut Andono, karena di permukiman banyak masyarakat berbisnis. Misalnya saja bisnis cuci kendaraan yang pastinya menggunakan sabun atau detergen.

"Ini bisa di-crosscheck ke kementerian atau dinas terkait bahwa detergen yang ada di kita ini adalah detergen yang keras. detergen keras itu adalah detergen yang buihnya banyak karena kandungan, namanya MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) itu artinya dia membuat buihnya banyak. Tetapi ini untuk lingkungan sebetulnya kurang ramah. Hanya harganya lebih murah. Kita belum punya detergen yang ramah lingkungan, artinya yang kandungan MBAS-nya rendah. Standar industri kita masih boleh berbuih banyak," jelasnya. (hri/hri)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads