Muslahuddin membeli 20 hektare lahan di Paya Dua Panten Jeulatang, Kecamatan Lamteuba, Aceh Besar pada 2014. Di sana, dia tanami beragam macam tanaman seperti jagung, pepaya, cabai,dan lainnya. Sebelum Muslahuddin masuk ke sana, wilayah itu memang dulunya terkenal sebagai perkebunan ganja.
Berbekal semangat ingin membantu masyarakat, Muslahuddin berkebun di sana. Empat kepala keluarga yang bekerja di kebun miliknya juga warga sekitar. Namun tantangan saat awal menjadi petani nyaris membuat Muslahuddin putus asa.
![]() |
"Kebun saya pernah dua kali dibakar. Gubuk dibakar, tanaman dibakar, rumah dibakar. Itu terjadi awal-awal saya turun kemari tiga tahun lalu, saya tidak tahu kenapa. Tapi dibakar," kata Muslahuddin saat ditemui, Senin (19/3/2018).
Pria asal Pidie Jaya, Aceh ini tidak habis pikir sebab musabab kebunnya dibakar. Sambil mengetok-ketok pohon kayu dengan parang, Muslahuddin bercerita dengan dengan nada lirih. Dia kala itu masih mencari-cari jawaban penyebab kebun miliknya tega dibakar hingga dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, semangat Muslahuddin sempat timbul tenggelam. Ia nyaris berhenti. Tapi baginya, menyerah akan menunjukkan dia kalah dengan pelaku pembakaran. Muslahuddin tidak mau gagal.
"Saya sebenarnya hampir berhenti juga. Saya menangis. Bukan soal urusan uang saya sekitar Rp 400 juta hilang tapi yang saya tangisi adalah semagat saya dibenam. Yang secara sengaja membenam semangat saya membantu itulah yang saya tangisi. Kalau uang mungkin kita bisa cari," ungkap lulusan Universitas UIN Ar-Raniry tersebut.
Usai dua kali kebunnya dibakar, Muslahuddin mencoba bangkit. Perlahan-lahan setelah kebun miliknya mulai menuai hasil, warga mulai melirik. Empat kepala keluarga yang bekerja di kebunnya juga awalnya sebagai pekerja lepas. Namun kini sudah diangkat menjadi pengurus kebun.
Selain berkebun, Muslahuddin juga membina 4 ribu petani berbagai macam komoditas dari seluruh Aceh. Dia bekerja secara suka rela. Sekitar Rp 1,5 miliar kini sudah dia habiskan untuk mengurus kebun miliknya dan membimbing para petani.
"Butuh modal banyak iya, saya juga cari duit di tempat lain juga untuk membiayai proses di samping hasil-hasil di kebun cukup membantu. Hasil di kebun jarang saya masukan ke kantong tapi saya putar lagi," jelas Muslahuddin. (asp/asp)