Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono mengungkapkan hal itu kepada detikcom, Senin (19/3/2018). Haryono menjelaskan, bahwa pada Minggu (18/3) sore hari Bonita masih terpantau tim di areal perkebunan sawit di antara blok 62 dan 63. Hingga pukul 22.00 WIB, Bonita masih tetap terpantau di lokasi.
"Tim terpadu yang dibagi menjadi tiga regu terus berusaha mempersempit ruang gerak Bonita," kata Haryono begitu sapaan akrabnya.
Tim terpadu terus melakukan pengamatan di lokasi kebun sawit. Tim ini berjumlah 54 orang terdiri dari BBKSDA Riau, TNI/Polri, aktivitis pencinta lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk sekedar diketahui, Bonita ini telah menewaskan dua orang yakni Jumiati dan Yusri. Dua bulan lebih satwa langka ini terus 'diburu' tim untuk dievakuasi dari lokasi tersebut.
Banyak pihak awam menilai Bonita yang telah menyerang dua warga itu harus ditembak mati. Tapi perlu dicatat, bahwa tim BBKSDA dalam pencarian Bonita menemukan di lapangan banyaknya jerat harimau yang dipasang pemburu liar.
Baca juga: Harimau Bonita Dikepung dari 3 Penjuru |
Tim menemukan jerat harimau di lokasi setelah turun ke lapangan pascakonflik dengan Jumiati pada 3 Januari 2018. Artinya, sebelum ada konflik, Bonita ini sudah menjadi target akan dibunuh oleh kelompok pemburu liar.
Para pemburu liar itu, sengaja memasang jerat di lokasi konflik Desa Tanjung Simpang, Kec Pelangiran, Kab Inhil. Barang bukti jeratan untuk harimau itu kini sudah disita tim BBKSDA. (cha/asp)