Teroris Generasi Ketiga Jadi Tantangan RI-Australia

Laporan dari Sydney

Teroris Generasi Ketiga Jadi Tantangan RI-Australia

Aditya Mardiastuti - detikNews
Jumat, 16 Mar 2018 12:15 WIB
Foto: Menu Retno Marsudi dan Menhan Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Menlu Australia Julie Bishop. (Aditya Mardiastuti-detikcom)
Sydney - Isu terorisme menjadi fokus pembahasan pertemuan antara Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dan Menhan Australia Marise Payne. Ryamizard mengungkapkan ancaman dan tantangan saat ini adalah munculnya generasi teroris ketiga.

"Masalah teroris kita menghadapi teroris generasi ketiga, pertama (generasi) Al-Qaeda, kedua di Irak dan Suriah, ketiga itu yang sekarang pejuang-pejuang kembali termasuk ke Asia Timur, pusat (negara tujuan) Indonesia dan Filipina. Mereka kembali dan berpengalaman di Irak dan Suriah," kata Ryamizard usai pertemuan di Commonwealth Parliamentary Offices, 1 Bligh Street, Sydney, Australia, Jumat (16/3/2018).


Pertemuan antara Ryamizard dan Payne untuk membahas terorisme ini berlangsung selama 4 jam. Dua jam pertama bertemu saat dinner meeting kemarin malam, dan pertemuan kedua saat pertemuan bilateral 2+2 dengan Menlu Retno LP Marsudi dan juga Menlu Australia Julie Bishop.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ryamizard mengatakan diduga saat ini ada 3.500 pejuang yang kembali dari Irak dan Suriah. Sekitar 1.300 hingga 1.500 di antaranya menjadikan Indonesia dan Filipina target dan dikhawatirkan akan menyebarkan ideologi terorisme.

"Kalau di Singapura itu transit-transit saja, penanganannya kita lebih ketatkan lagi, intensifkan lagi terutama untuk trilateral. Laut kita fokuskan untuk tidak ada penyanderaan kita patroli terus, tinggal nanti masalah di jalan, karena kemarin ada penyerangan di Filipina jadi artinya terus menerus dengan adanya ini kita tukar-menukar intelijen saling kasih tahu kita," urainya.


Ryamizard berpendapat lebih efektif untuk menghadapi teroris dengan cara bela negara. Dia menambahkan saat ini banyak teroris yang tidak berperang menggunakan senjata melainkan ideologi.

"Seribu orang itu terpecah, penanganannya titik berat di polisi. Kalau saya melakukan bela negara jadi itu lebih efektif daripada antiteroris polisi, dan lain-lain. Karena penggunaan senjata 1 persen, 99 persen orang, tersebar ke Filipin dan lain-lain," ucap Ryamizard.

Ryamizard menduga bahwa saat ini Filipina menjadi konsentrasi utama tujuan kombatan-kombatan Irak dan Suriah. Mereka diduga bergabung dengan pemberontak lokal untuk berperang melawan pemerintah.

"Sekarang ngumpet dengan pemberontak Islam ada 2 ribu, ada Abu Sayaff, MILF, MNLF (pemberontak Filipina), di sana aman, tenang, tidak akan lari-lari di situ aja, Marawi kan Pulau Mindanao. Laut China Selatan langsung ke Sulu, kan ada pulau-pulau kecil itu," terangnya.

Ryamizard berpendapat pemberontak maupun teroris sebaiknya ditembak mati. Sebab, paham mereka mengancam stabilitas dan keamanan negara.

"Di Singapura sudah saya sampaikan, saya paling benci teroris, pemberontak itu menganggu. Itu harus dihabiskan, nggak boleh ada toleran-toleran," tegasnya.

Dalam pertemuan 2+2 Indonesia-Australia kedua pemerintah sepakat untuk saling bertukar data intelijen. Kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang maritim di mana salah satu poinnya adalah penanggulangan terorisme melalui patroli bersama di perairan Indo Pasifik.

(ams/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads