Hawking meninggal dunia pada usia 76 tahun pada Rabu (14/3) waktu setempat. Kepergian Hawking telah dikonfirmasi oleh pihak keluarga.
Perlu diketahui bahwa Hawking didiagnosis penyakit motor neuron (MND) atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sejak usia 21 tahun. Penyakit ini membatasi pergerakannya, hingga akhirnya dia harus selalu duduk di kursi roda untuk beraktivitas. Tahun 1985, Hawking kehilangan kemampuan berbicara usai terkena penyakit pneumonia saat berkunjung ke Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (CERN) di Jenewa, Swiss.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan tak mampu berbicara, Hawking masih mampu menulis buku, memberikan kuliah hingga berpidato di panggung dunia. Beberapa tahun usai tak bisa berbicara, dia berkomunikasi dengan perangkat bernama 'hand-held clicker' yang membantunya memilih kata-kata dan memerintahkan komputer melalui perangkat yang dipegang di tangan dan ditekan dengan jari. Namun seiring kemampuan otot tangannya yang melemah, Hawking tidak lagi memakai perangkat ini sejak tahun 2008.
Seperti dilansir media Inggris, Metro.co.uk, Rabu (14/3/2018), beberapa tahun terakhir, Hawking berkomunikasi dengan satu otot pipi yang digerakkannya untuk mengirim sinyal pada komputer yang terpasang pada kursi rodanya, yang juga bergerak otomatis.
Dia pernah menjelaskan soal perangkat komunikasinya ini via situsnya, hawking.org.uk. Dituturkan Hawking, dirinya berkomunikasi melalui sebuah sistem berbasis komputer yang memiliki sensor yang mampu mendeteksi dan menginterpretasi gerakan sangat kecil di bagian pipinya.
Sistem ini merupakan program buatan Intel bernama ACAT, kependekan dari Assistive Context-Aware Toolkit. Sistem ini tertanam pada komputer tablet yang dipasang pada lengan kursi roda Hawking dan mendapat energi dari baterai kursi roda tersebut. Sistem itu menampilkan keyboard pada layar tablet dan sebuah kursor selalu bergerak otomatis di atas keyboard sesuai deret juga kolom.
"Saya bisa memilih huruf dengan menggerakkan pipi saya untuk menghentikan kursor. Pergerakan pipi saya terdeteksi oleh perangkat infrared yang terpasang pada kacamata saya," tulis Hawking menjelaskan.
Sistem ACAT ini juga mencakup algoritma prediksi kata dan telah dilatih membaca buku serta kuliah Hawking. Jadi Hawking tinggal mengetik beberapa huruf pertama untuk memilih kata yang akan digunakannya. Setelah dia selesai mengetik satu kalimat, Hawking akan mengirimkannya kepada perangkat speech synthesizer dari Speech Plus untuk diubah ke suara.
"Ini yang terbaik yang pernah saya dengar, meskipun ini memberikan saya aksen yang disebut beragam sebagai (aksen) Skandinavia, Amerika atau Skotlandia," ucap Hawking dalam tulisannya.
Melalui sistem ACAT ini, Hawking bisa mengoperasikan seluruh komputer. Dia bisa memeriksa email, berselancar di internet, atau menulis bahan kuliahnya. Yang terbaru, Hawking bisa bermain Skype dengan webcam yang terpasang pada komputernya. Saat memberi kuliah, Hawking biasanya mengetikkan kata-katanya lebih awal lalu menyimpannya dalam komputer. Dia kemudian menggunakan software bernama 'Lecture Manager' untuk mengirimkan naskah kuliahnya ke speech synthesizer untuk disampaikan kepada mahasiswanya via suara.
"Saya selalu melihat-lihat bantuan teknologi baru dan saya telah bereksperimen dengan interface yang dikendalikan otak dan pelacakan mata untuk berkomunikasi dengan komputer. Namun meskipun sistem itu berfungsi baik untuk orang lain, saya masih merasa perangkat saya yang dioperasikan pipi jauh lebih mudah dan tidak terlalu melelahkan untuk digunakan," tandasnya.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini