"Dari hasil investigasi kita, dari pengakuan anak kepada orang tua, anak itu tepatnya pada hari Sabtu (3/3) akan main. Kemudian dalam perjalanan, kedua anak akan mengambil baju di rumah temannya di kawasan Ciawi. Dalam perjalanan ke Ciawi, di rel kereta itu ketemu dengan lima orang anak punk. Dua perempuan, tiga laki-laki," tutur Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto saat dihubungi detikcom, Jumat (9/3/18).
M dan AS merupakan teman. Saat itu, sambung Ato, keduanya diajak untuk ikut bersama lima orang anak punk yang mengatasnamakan geng 'Gledegan' itu. Namun keduanya menolak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M dan AS yang diancam akhirnya mengikuti perintah geng 'Gledegan' untuk pergi ke Bandung. M dan AS ke Bandung bersama geng 'Gledegan' dengan menumpang naik truk.
Di Bandung, M dan AS dipekerjakan mengamen. Setiap hari keduanya menyetor uang 20 ribu rupiah ke geng 'Gledegan'. Ato menjelaskan, setelah beberapa hari mengamen, keduanya berhasil meloloskan diri setelah sempat berkelahi dengan para anak punk.
"Keduanya berhasil pulang setelah meminta tolong ke warga untuk menelepon kerabatnya. Kemudian dijemput di Bandung," ujar Ato.
Menurut dia, saat ini kedua anak perempuan tersebut masih dalam pengawasan KPAID Tasikmalaya. Kondisi psikis M dan AS terganggu setelah peristiwa tersebut.
"Masih dalam pengawasan kami. Nanti setelah kondisi kejiwaannya stabil, akan lapor ke polisi," ucap Ato. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini