Berbeda dari sebelumnya, dalam simulasi ini Basarnas memperkenalkan peralatan deteksi dini terbaru bernama Medium Earth Orbit SAR (MEOSAR). MEOSAR berada pada ketinggian 24.000 km. Di samping itu MEOSAR juga memiliki cakupan wilayah pendeteksian lebih luas serta hasil yang lebih cepat dan akurat dibandingkan LEOSAR.
Sebelumnya, Basarnas telah memiliki dan mengoperasikan alat pendeteksi dini bernama LEOLUT sejak 1991. Pengembangan sistem komunikasi deteksi dini Basarnas bermula dari sistem LEO SAR (Low Earth Orbit SAR) yang memiliki orbit polar bergerak dari kutub ke kutub dan mengitari bumi pada ketinggian 800-1000 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsekal Madya TNI M. Syaugi yang melakukan peninjauan alat ini mengatakan alat dan simulasi ini bertujuan memberikan kompetensi bagi rescuer dalam melaksanakan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban pada kecelakaan kendaraan yang memerlukan penanganan khusus dengan cepat dan benar.
"Kompetensi ini sangat penting bagi rescuer Basarnas mengingat semakin seringnya terjadi kecelakaan kendaraan yang berakibat fatal," ujar Syaugi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (7/3/2018).
Syaugi menambahkan simulasi dan penggunaan alata ini penting dan berguna khususnya saat peristiwa mobil tertimpa beton di bandara dan kecelakaan pariwisata di Subang beberapa waktu lalu. Dia pun berpesan agar para peserta diklat dapat menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang baik di manapun berada.
Sebelumnya dalam simulasi tersebut Basarnas menskenariokan adanya kecelakaan di Jalan Raya Jonggol, Cariu. Kemudian salah satu warga menghubungi Basarnas Command Center (BCC) dan Balai Diklat Basarnas yang berlokasi di Cariu Jonggol.Warga yang melaporkan kejadian menjelaskan, kecelakaan terjadi pukul 09.00 WIB melibatkan 3 buah kendaraan roda empat jenis sedan dan 1 minibus dengan 10 korban jiwa.
Menindaklanjuti laporan, rescuer yang sedang mengikuti pendidikan di Balai Diklat dengan membawa peralatan ekstrikasi langsung menuju lokasi untuk mengevakuasi korban. Setibanya di lokasi kejadian, tim langsung melakukan proses ekstrikasi yaitu teknik melepaskan atau membebaskan korban yang terjebak di dalam kendaraan menstabilisasi lokasi.
![]() |
Saat proses stabilasasi berlangsung, terjadi kebakaran di lokasi kejadian akibat tumpahan bahan bakar dari 4 kendaraan tersebut. Namun kondisi ini berhasil ditangani personil Basarnas dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Selanjutnya tim rescue menstabilisasi kendaraan dengan memasang penyanggah untuk mengurangi pergerakan pada kendaraan. Untuk mengevakuasi korban yang berada di dalam kendaraan, tim membuka akses dengan cara memecahkan kaca dari jendela pintu depan dan belakang. Sementara untuk mengeluarkan korban yang terjepit di bawah mobil, tim rescue menggunakan airbag. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini