"Sangat disayangkan, hal ini memprihatinkan," kata salah seorang peneliti hewan Anoa, Diah Irawati Dwi Arini kepada detikcom, Minggu (4/3/2018).
Menurut Arini, banyak faktor mangapa anoa semakin punah. Dari faktor adat hingga diburu untuk dimakan dagingnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Bitung, Sulawesi Utara, Anoa nyaris tak bisa ditemui lagi.
"Dulu habitat Anoa di Hutan Tangkoko tahun 1960-an masih banyak. Sekarang disurvey jejaknya saja udah nggak ada," kata Arini.
Berikut faktor yang menyebabkan populasi anoa semakin menurun:
1. Deforestasi atau berkurangnya luas hutan di Sulawesi sehingga menyebabkan gangguan untuk habitat anoa.
2. Perburuan liar oleh pemangsa.
3. Sulitnya perkembangbiakan pada induk Anoa. Masa bunting 9-10 bulan dan anak hanya melahirkan 1 ekor bayi anoa.
4. Anoa sifatnya soliter dan agresif.
Untuk mengantisipasi punahnya anoa, berikut langkah-langkah yang harus diambil yaitu pengamanan terhadap kawasan konservasi di Sulawesi sebagai habitat anoa serta tindakan hukum yang tegas bagi perburuan anoa. Kedua, edukasi masyarakat tentang anoa terutama generasi muda. Dan terakhir yaitu konservasi ex situ anoa seperti di Anoa Breeding Center di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (BP2LHK) Manado.
"Saat ini di Sulawesi Utara sendiri menurut penelitian dosen IPB, jumlah anoa saat ini hanya sekitar 300 ekor. Setidaknya masih ada 14 kawasan konservasi dan hutan lindung yang diperkirakan masih ada Anoa", ungkap Arin. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini