Tujuan kedatangan para mahasiswa ini untuk menyampaikan unek-unek masalah kebangsaan. Kesempatan pertama diberikan kepada Presiden Mahasiswa BEM KM UGM Oded Kresna. Ia menyampaikan pentingnya Pancasila sebagai ideologi kolektif, bukan ideologi sekelompok orang semata.
"Pancasila jangan diklaim untuk sekelompok orang, tapi ideologi kita semua. Mulai nelayan, petani, kita semua adalah Pancasila," kata Oded.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Negeri kaya ini harusnya berdiri di atas kaki sendiri. Soal pangan, jangan lagi ada impor beras ketika petani kita justru sedang panen. Sebagai Ketua MPR, Pak Zul kami minta suarakan ini kepada pemerintah," ujar Nabil.
Kemudian giliran perwakilan BEM UI, Idmand Perdina. Dia menegaskan penolakannya terhadap UU MD3, yang dinilai dapat membuat DPR menjadi antikritik.
"Sebagai wakil rakyat, DPR seharusnya terbuka dan mau memperbaiki diri dengan kritik," tegas Idmand.
Setelah mendengarkan unek-unek dari para mahasiswa tersebut, Zulhasan, sapaan akrabnya, menyampaikan terima kasih atas semua masukan dan siap berlapang dada terhadap kritik dari mahasiswa.
"Melihat kritik, analisis, dan semangat teman-teman mahasiswa, saya optimistis masa depan Indonesia bisa jauh lebih baik. Merdeka, hidup mahasiswa!" ucap Zulhasan dengan nada bersemangat.
Menurutnya, pada kesempatan tersebut, dirinya memilih menerima aspirasi mahasiswa yang tergabung di eksekutif kampus tersebut ketimbang menyampaikan materi kebangsaan yang biasanya rutin kepada siapa pun yang bertandang ke MPR.
"MPR ini rumah rakyat, rumah besar untuk seluruh rakyat Indonesia. Di rumah rakyat ini, saya justru ingin dengarkan saran, kritik, masukan, dan mungkin curhat rekan-rekan tentang masalah kebangsaan," kata Zulhasan.
Hadir dalam pertemuan tersebut pimpinan BEM KM UGM, BEM UI, KM ITB, DEMA UIN, BEM Unpad, BEM STAN, BEM UPH, BEM Prasetya Mulya, BEM LSPR, BEM Paramadina, BEM Perbanas, BEM PNJ, dan Poltek AKA Bogor.
Zulhasan mengajak aktivis pimpinan BEM untuk menjadi pelopor guna merekatkan persatuan dan menjahit kembali Merah-Putih.
"Ketika ada pihak yang terus adu domba umat beragama, saya minta mahasiswa kita bersama paling depan untuk menjaga dan merawat persatuan," ungkap Zulhasan.
Sebagai komitmen bersama untuk merawat keberagaman, dia bersama aktivis mahasiswa pimpinan BEM kemudian menandatangani Deklarasi Aktivis Penjaga Kebangsaan.
"Bukan jabatan yang membuat kita hebat, tapi yang hebat adalah komitmen untuk menegaskan bahwa Indonesia bersatu dan tak bisa diadu. Deklarasi ini jadi komitmen kita bersama. Pancasila adalah perilaku yang mempersatukan, bukan memisah-misahkan. Kita semua Pancasila," tandasnya. (idr/idr)