Bagi para peziarah, biasanya menjadikan buah parijoto sebagai oleh-oleh. Sebab, buah berwarna ungu ini hanya mudah ditemukan saat di kawasan itu saja.
Salah seorang pedagang buah parijoto, Parsih (45) mengatakan, buah parijoto sering diburu para peziarah. Utamanya mereka yang berasal dari luar Kota Kudus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjualnya seharga Rp 10.000 per gerombol. Tiap gerombol isinya bisa lebih dari 20-30 biji. Itu untuk Parijoto yang sudah tua. Kalau parijoto muda, harganya bisa kurang dari itu.
Setiap hari, dia bersama pedagang lain membawa buah parijoto dari kawasan perkebunan di wilayah itu. Pedagang parijoto biasanya bersama-sama menjajakan saat siang hingga sore hari.
![]() |
Buah Parijoto juga dimitoskan bisa membuat ganteng, dan cantik bayi bila dimakan ibu yang hamil muda.
"Mitosnya buah ini peninggalan Sunan Muria. Jika dikonsumsi ibu hamil muda, maka anaknya kalau laki-laki akan tampan. Kalau perempuan, akan cantik," ungkapnya.
Pedagang lain, Asih (40), mengaku, tiap musim ziarah sedang ramai-ramainya seperti jelang Ramadan, biasanya Parijoto cepat ludes terbeli.
"Kalau pas ziarah sedang ramai. Buah Parijoto cepat habis dibeli peziarah," kata Asih ditemui di lokasi itu.
Salah seorang warga Colo, Dawe, Kudus, Triyanto, menjelaskan siklus panen buah parijoto di wilayahnya hampir setiap hari pada pagi sekitar pukul 07.00-08.00 WIB.
"Di Colo, petani Parijoto sekitar 10 petani," kataTriyanto.
Dengan luasan lahan buah parijoto sekitar 4 hektare (Ha). Hampir setiap hari, buah hasil panen ini diambil pedagang. Tidak heran jika di kawasan makam Sunan Muria banyak ditemukan pedagang buah Parijoto.
Edy Supratno, sejarawan dari Kudus kepada Detikcom mengatakan, beredar mitos jika buah Parijoto adalah peninggalan Sunan Muria.
"Ada yang percaya semacam itu (peninggalan Sunan Muria)," kata Edy.
Terkait mitos ibu hamil yang mengonsumsi parijoto, akan membuat keturunannya tampan dan cantik, Edy menuturkan jika hal itu memang dipercaya oleh warga di kawasan Muria.
"Mitosnya demikian," ungkapnya.
Mitos sendiri berkembang pada sekitar tahun 1980-an. Sampai sekarang mitos itu telah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. (sip/sip)