"Tuhan saja mau memberi maaf, kenapa masa manusia tidak?" kata Chusnul di acara temu mantan narapidana teroris dengan para penyintas (korban) di hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jaakarta Pusat, Selasa (28/2/2018).
Chusnul mengatakan dirinya hanya fokus pada kemudahaan mendapatkan pelayanan dari rumah sakit (RS). Dia meminta kepada pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mendapatkan tanggungan biaya kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minta tanggungan kesehatan tanpa ada batasan. Saya mohon kepada Kemenkes ada semacam kartu atau asuransi bagi para korban dan keluarga korban terorisme," ujarnya.
Chusnul kemudian menyinggung Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya yang selalu ditolak rumah sakit. Chusnul menerima luka cacat permanen di daerah wajahnya akibat bom Bali.
"Kartu KIS ini tidak pernah saya pergunakan. November ada LPSK juga berikan buku hijau untuk berikan pengobatan," ujarnya.
"Saya ini korban cacat seumur hidup dan perlu pengobatan seumur hidup," sambungnya.
(fiq/fdn)