Dari pantauan detikcom, Rabu (28/2/2018), banjir masih menggenangi permukiman warga terutama di Dusun Lengkong. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 20 cm sampai 50 cm.
Akses jalan sebagian besar masih tergenang air dan berlumpur. Kondisi tersebut masih menghambat aktivitas warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarkan (48) salah seorang warga Desa Sayung RT 1 RW 6 menuturkan bahwa meski banjir sudah mulai surut, namun rumahnya masih tergenang. Bahkan ia akhirnya membeli balok kayu untuk dijadikan akses masuk ke dalam rumahnya.
"Banjir datang sudah lebih dari 3 bulan, tapi terparah 3 minggu terakhir. Di halaman air sangat tinggi dan sampai masuk ke dalam rumah setinggi 1,5 meter," katanya kepada detikcom di rumahnya, Rabu (28/2/2018)
Untuk saat ini, lanjutnya, banjir sudah mulai surut hingga ketinggian 40 cm. Kondisi tersebut memaksa 6 anggota keluarganya diungsikan ke rumah kerabat yang layak ditempati.
"Di rumah ini ada 7 orang termasuk saya. Selama banjir, hanya saya yang menjaga rumah. Sedangkan yang lain saya ungsikan sampai sekarang. Hanya kalau siang kadang pulang," imbuhnya.
Selama dilanda banjir, pria yang bekerja sebagai buruh tani tidak dapat bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa harus berhutang dan mengandalkan bantuan.
"Pernah dapat bantuan berupa sembako, ada mie instan, beras dan lain-lain. Tapi sekarang sudah habis. Ya kalau adanya apa ya dicaplok, wong memang belum bisa kerja," ungkapnya.
Diwawancara terpisah, Kepala Desa Sayung, Munawir menyampaikan, bantuan dari pemerintah setempat berupa logistik makanan dan dapur umum sudah ditarik pada 21 Februari lalu.
"Banjir sudah surut, tapi ketinggian air masih cukup tinggi. Di Dusun Lengkong masih ada hampir 1.000 rumah yang terendam. Sementara bantuan tidak ada," keluhnya.
Upaya yang dilakukan, Munawir menambahkan, akan mencari bantuan dari pihak swasta.
"Kami terus berupaya supaya tetap mendapatkan bantuan. Karena warga sudah tidak bisa berbuat apa-apa," pungkasnya. (sip/sip)