Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson dalam wawancara dengan radio BBC. Dia berharap Inggris dan negara-negara Barat lainnya tak akan berpangku tangan jika memang terjadi serangan kimia di Suriah. Johnson pun mendukung serangan terbatas jika ada "bukti tak terbantahkan" mengenai keterlibatan pemerintah Suriah.
"Jika kita tahu bahwa itu (serangan kimia) telah terjadi, dan kita bisa menunjukkannya, dan ada usulan aksi di mana Inggris bisa berguna, maka saya pikir kita harus serius mempertimbangkannya," ujar Johnson seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (27/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sepekan terakhir ini, militer Suriah dan sekutunya telah melancarkan serangan-serangan hebat di Ghouta Timur, kawasan di pinggiran Damaskus yang dikuasai pemberontak. Ratusan warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan-serangan tersebut.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa sedikitnya 16 orang dirawat di sebuah rumah sakit di Ghouta Timur karena diduga terpapar gas klorin. Mereka dilaporkan terkena gas klorin dalam serangan udara dan artileri pasukan pemerintah Suriah pada Minggu (25/2) lalu.
Direktorat Kesehatan Wilayah Damaskus (RDHD) yang dikelola oleh warga Suriah menyatakan, para korban yang dirawat di fasilitas medis menunjukkan gejala konsisten terkena gas klorin beracun. Namun belum dapat dipastikan apakah benar gas klorin digunakan sebagai senjata di Ghouta Timur.
Kedua kelompok yang bertikai saling menuduh pihak lawan menggunakan gas klorin sebagai senjata. Pemerintah Suriah berulang kali membantah menggunakan senjata kimia dan menyatakan target serangannya hanyalah para pemberontak bersenjata dan militan.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini