Para pedagang ini berjejer di sepanjang Jalan Aditiawarman I hingga Jalan Sunan Ampel, Jakarta Selatan, Selasa (27/2/2018). Aktivitas mereka menutup trotoar sehingga pejalan kaki tidak bisa melintas.
Salah seorang PKL bernama Uwe (50) mengaku menjajakan rokok dan minuman di trotoar tersebut. Dia mengaku sudah sebulan berdagang di lokasi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya apakah dia membayar untuk bisa berdagang di trotoar tersebut, Uwe mengiyakan. "Uang payung (tenda, red) doang," ujarnya.
![]() |
Sayang, Uwe tidak mau menjawab lebih jauh berapa uang yang harus dia bayar untuk bisa berdagang di trotoar tersebut dan kepada siapa dia membayar. Dia kemudian mengaku hanya pedagang serep.
"Saya nggak tahu, nggak paham. Kalau ini yang asli dagangnya pulang kampung, kalau kita cuma serep doang, yang jaga aja. Paling kalau yang dagang aslinya tahu," ujarnya seraya menyebut dirinya hanya menggantikan Asep berdagang.
Seorang PKL berkacamata bernama Leo mengaku sudah 10 tahun menjadi PKL di wilayah tersebut. Saat ditanya bagaimana caranya dia bisa berdagang di trotoar tersebut, jawabannya tidak tegas.
"Jawabnya gimana ya? Bingung juga sih saya. Ya itu kan hanya kebijaksanaan aja kali ya, kebijaksanaan aja kali ya bisa dagang," ucapnya.
Ditanya soal tenda-tenda warna hijau tua yang dipakainya dan para PKL lainnya, Leo mengaku pemasangannya baru sekitar 2 bulan. Dia membantah ada uang sewa untuk tenda tersebut. Menurutnya, para PKL-lah yang berinisiatif memasang tenda dan
memasang tulisan 'OK OCE'.
"Oh itu sih bisa-bisa kitanya aja kali. Ya kitanya aja pengen OK OCE kali. Diseragamin aja," ujarnya. Para PKL lainnya kebanyakan menolak saat ditanya soal spanduk OK OCE tersebut. (hri/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini