Uni Eropa: Rusia dan Iran Biarkan Kebrutalan Assad di Ghouta Timur

Uni Eropa: Rusia dan Iran Biarkan Kebrutalan Assad di Ghouta Timur

Rita Uli Hutapea - detikNews
Sabtu, 24 Feb 2018 11:37 WIB
dampak serangan rezim Suriah di Ghouta Timur (Foto: REUTERS/Bassam Khabieh)
Brussels - Ratusan warga sipil tewas di Ghouta Timur, Suriah akibat serangan-serangan rezim Suriah dalam beberapa hari terakhir. Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menuding Rusia dan Iran membiarkan kebrutalan rezim Presiden Bashar al-Assad di negara konflik tersebut.

"Rezim Assad secara brutal menyerang kaum pria, wanita dan anak-anak tak bersalah. Pendukungnya, Rusia dan Iran, membiarkan ini terjadi," cetus Tusk kepada para wartawan usai pertemuan informal para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia.

"Kami menyerukan mereka untuk menghentikan kekerasan ini. Uni Eropa meminta gencatan senjata segera, dan untuk menyediakan akses kemanusiaan yang mendesak, dan perlindungan warga sipil," imbuhnya seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Sabtu (24/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, lebih dari 400 warga sipil telah tewas dan lebih dari 2.100 orang lainnya luka-luka di Ghouta Timur dalam enam hari terakhir akibat serangan-serangan militer Suriah.

Dikuasai oleh pemberontak sejak tahun 2012, Ghouta Timur merupakan kantong terakhir yang dikuasai oposisi di sekitar Damaskus. Presiden Assad telah mengerahkan pasukan tambahan sebagai upaya untuk merebut kembali wilayah tersebut.

Awal bulan ini, pasukan pemerintah Suriah melancarkan serangan-serangan udara selama lima hari di Ghouta Timur, yang dilaporkan menewaskan sekitar 250 warga sipil dan melukai ratusan orang lainnya. Kemudian setelah berhari-hari tenang, pemerintah kembali menembakkan roket-roket ke Ghouta Timur pada Minggu (18/2) waktu setempat dan terus berlangsung selama enam hari berturut-turut.

Menurut warga setempat, militer ikut menjadikan rumah-rumah warga sipil, sekolah dan rumah sakit sebagai sasaran serangan, termasuk enam rumah sakit bawah tanah yang selama ini merawat para korban.

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bahkan menyebut situasi di Ghouta Timur saat ini seperti "neraka di muka bumi."

Dalam pernyataan di depan anggota Dewan Keamanan PBB di New York, hari Rabu (21/02), Guterres menyerukan penghentian pertempuran di kawasan yang dikuasai pemberontak tersebut. "Seruan saya kepada semua pihak yang terlibat perang adalah, hentikan pertempuran sesegera mungkin," kata Guterres.

Pemimpin badan dunia itu menambahkan, gencatan senjata sangat penting untuk memungkinkan penyaluran bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Ghouta Timur yang terjebak konflik. Kata 'neraka' yang digunakan Sekjen PBB tersebut untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang sangat mengenaskan di kawasan yang berada di pinggiran ibu kota Damaskus tersebut.

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads