"Kalau misalkan seperti Ketum PPP menyimpulkan seperti itu, kan ada tendensius kepada pihak tertentu kan. Apalagi sudah mengarah membuat ciri-ciri orang kuat, yang berpengaruh, mau lengser, apa," kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto saat dihubungi, Kamis (22/2/2018).
Menurut Yandri, sebaiknya semua pihak menahan diri dengan komentar komentar yang dapat memecah belah persatuan, seperti milik Rommy. Yandri meminta elite politik menciptakan situasi yang kondusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketimbang memberi komentar atas isu ini, Yandri lebih menyoroti soal pengungkapan kasus. Bagi Yandri, jangan saling menyalahkan, apalagi jika pemerintah tak mampu mengungkap motif di balik kasus-kasus tersebut.
"Saya kira ini adalah tugas tantangan pemerintah saat ini dan dia nggak bisa menyalahkan orang lain. Dia kan diberi mandat oleh rakyat untuk menyelesaikan persoalan bangsa, termasuk persoalan ulama," katanya.
"Tidak boleh karena ketidakmampuan dia mengungkap secara detail, secara riil, komprehensif terus menyalahkan pihak lain atau justru menuding pihak lain isu ini sebagai pilpres dan itu sangat tidak sehat dan malah sangat kejam pernyataan itu," imbuh anggota Komisi II DPR itu.
Pernyataan Rommy disampaikannya berdasarkan analisis tim pencari fakta yang diterjunkan PPP yang telah mengumpulkan informasi dari sejumlah lokasi penyerangan pemuka agama. Tim itu juga sudah menyampaikan laporan ke DPP PPP.
Temuan-temuan yang sudah dilaporkan lalu dianalisis oleh PPP. Hasil analisis awal, PPP mengidentifikasi ada kelompok yang memiliki kemampuan melakukan tindakan sistematis dan terencana terkait penyerangan terhadap para pemuka agama. Hasilnya, mengarah ke dua pihak: penguasa dan pihak di luarnya.
Identifikasi bahwa ada kelompok berkuasa atau yang pernah berkuasa terkait penyerangan terhadap ulama lalu dianalisis lagi. Analisis didasarkan pada siapa untung dan siapa rugi. Dilanjutkan Rommy, penyerangan terhadap ustaz-ustaz kampung di masa lalu, pertama bertujuan memberikan pesan kepada masyarakat sipil agar tidak mencoba-coba menurunkan Soeharto. Tujuan kedua adalah membangun persepsi publik bahwa negara dalam kondisi tidak aman, sehingga harus dipimpin oleh Soeharto, yang memiliki latar belakang militer.
"Artinya, siapa mereka? Mereka adalah yang pernah menjadi orang kuat di republik ini, siapanya tentu polisi, aparat intelijen harus menggali lebih jauh fakta dan apa di balik fakta," sebut Rommy. (gbr/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini