Kekerasan ke Pemuka Agama, MUI: Ada Rekayasa Jahat di Tahun Politik

Kekerasan ke Pemuka Agama, MUI: Ada Rekayasa Jahat di Tahun Politik

Muhammad Fida Ul Haq - detikNews
Selasa, 20 Feb 2018 14:27 WIB
Kantor MUI (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Meski pemerintah menyatakan kekerasan terhadap pemuka agama di berbagai tempat tak berkaitan, isu miring mengenai kejadian-kejadian itu terus mengemuka. MUI menengarai ada pihak-pihak yang sengaja membuat ketakutan.

"MUI menengarai ada pihak-pihak yang ingin membuat suasana ketakutan, saling curiga, dan ketegangan dalam kehidupan bermasyarakat. MUI menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antarelemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik," kata Waketum MUI Zainut Tauhid Sa'adi dalam keterangan tertulis, Selasa (20/2/2018).

Untuk itu, MUI meminta aparat bergerak mengusut kasus ini hingga tuntas. Termasuk mengungkap motif penyerangan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"MUI meminta kepada aparat keamanan dan intelijen negara untuk mengusut tuntas dan mengungkap motif kekerasan dan pembunuhan terhadap beberapa tokoh agama dan simbol-simbol agama yang terjadi di berbagai daerah akhir-akhir ini secara terencana, sporadis, dan sistemik," ujar Zainut.

Zainut mengatakan berbagai kejadian tersebut telah melahirkan banyak rumor di masyarakat. Karena itu, menurut Zainut, apabila tidak segera diusut dan dicegah, dikhawatirkan akan timbul prasangka-prasangka yang menyesatkan dan dapat memunculkan gejolak yang berpotensi menimbulkan kekacauan di masyarakat.

"Untuk hal itu, MUI mengajak seluruh elemen bangsa untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, bersikap tenang, dapat mengendalikan diri, dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Zainut.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut tidak ada kaitan antara kejadian kekerasan terhadap ulama dan pemuka agama di beberapa daerah dalam beberapa waktu terakhir. Dia juga menepis keterkaitannya dengan tahun politik di Indonesia.

"Ya tadi, penyampaian ke publik. Kita komunikasi komunikasi saya komunikasi terus dengan Pak Tito (Tito Karnavian) apa yang terjadi. Tetapi dari peristiwa-peristiwa yang kebetulan media begitu gencar memberitakan, maka yang paling mudah adalah kita mencoba merangkai. oh ini ada kaitannya ini dan sebagainya, padahal tidak," kata Moeldoko. (fjp/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads