Puluhan penyandang disabilitas mulai dari tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa dan tuna netra terlihat serius memerhatikan setiap materi yang disampaikan oleh para narasumber. Satu orang penerjemah bahasa isyarat ikut membantu narasumber dalam menyampaikan materinya.
Sehingga, materi yang disampaikan bisa diterima oleh peserta yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Mereka nampak begitu antusias dalam mengikuti setia sesi pelatihan jurnalistik tersebut. Mulai dari pelatihan memotret, membuat video hingga membuat artikel tulisan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui pelatihan ini kita beri satu stimulus untuk merangsang mereka. Karena kita tidak tahu bakat teman-teman disabilitas. Apa mereka ingin coba atau mungkin punya potensi kita gali hari ini (melalui pelatihan jurnalistik)," kata saat ditemui disela-sela acara.
Dia menuturkan, ada 25 orang penyandang disabilitas mengikuti pelatihan ini. Mulai dari penyandang disabilitas netra, tuna rungu, tuna wicara dan tuna daksa. Dengan keterbatasan tersebut, dia yakin, ada potensi yang tersimpan di diri penyandang disabilitas.
"Ini ada 25 peserta. Terdiri dari tiga kategori tuna daksa, netta dan rungu wicara. Dengan spesifikasi bisa jadi tuna netra jadi penulis, tuna rungu itu bisa jadi foto dan tuna daksa bisa jadi editor," ujar Suhendar.
Kabardifabel.com
Selain menggelar pelatihan jurnalistik, para penyandang disabilitas ini juga telah menyiapkan sebuah website atau situs berita online. Website tersebut diharapkan bisa menjadi jembatan informasi antara penyandang disabilitas dengan orang normal pada umumnya.
Ahmad Yuda (30) pembuat website kabardifabel.com mengatakan awal dibuatnya website ini berawal dari sebuah kegelisahan. Dia bersama teman-teman difabel lainnya ingin memberi informasi mengenai isu-isu disabilitas secara menyeluruh.
"Maka kita berinisiatif web berita online kabardifabel.com. Biar beritanya seimbang," kata Yuda.
Melalui website ini dia Yuda berharap berbagai potensi penyandang disabilitas bisa lebih terangkat. Selain itu diharapkan juga teman-teman non disabilitas bisa lebih memahami apa saja yang dibutuhkan oleh penyandang disabilita4.
"Jadi non disabilitas enggak lagi bingung menghadapi disablitas. Saya ingin teman-teman bisa lebih terbuka dan mengetahui caranya menangani disabilitas," ujarnya.
Yuda menambahkan, website buatannya itu masih sangat baru. Dia buat pada awal Januari lalu dibantu beberapa temannya. Saat ini baru sekitar enam belas artikel yang menghiasi website tersebut.
"Nanti saya ingin merekrut banyak lagi teman-teman disabilitas untuk mengisi web ini," tandasnya. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini