Penyerangan Gereja di Sleman, Sultan HB X: Tak Perlu Takut!

Penyerangan Gereja di Sleman, Sultan HB X: Tak Perlu Takut!

Usman Hadi - detikNews
Minggu, 11 Feb 2018 21:38 WIB
Sri Sultan HB X usai menjenguk korban luka serangan di Gereja Lidwina, Sleman yang dirawat di RS Panti Rapih. Foto: Usman Hadi/detikcom
Yogyakarta - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menjenguk korban luka akibat penyerangan Gereja Lidwina, Sleman. Setelahnya, Sultan meminta masyarakat untuk tidak takut pergi ke tempat ibadah

Menurutnya, pemerintah akan menjamin dan melindungi setiap umat beragama dalam beribadah.

"Tidak perlu takut, (pemerintah) tetap menjamin untuk melindungi bagi warga masyarakat Yogyakarta yang mau melaksanakan (ibadah) sesuai dengan keyakinannya," kata Sultan sesuai menjenguk korban penyerangan gereja di RS Panti Rapih Yogyakarta, Minggu (11/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sultan menjelaskan, selama ini pemerintah sebenarnya telah berupaya mencegah kekerasan dalam beribadah. Buktinya dalam setiap kegiatan keagamaan aparat kepolisian hadir mengamankan jalannya kegiatan tersebut.

"Dalam kewajiban ibadah seperti hari Minggu tadi pagi, aparat itu juga selalu ada (di TKP). Tetapi ternyata tetap ada korban, biarpun aparat juga sudah ada," ungkapnya.

"Jadi seperti polisi yang menembak (pelaku) itu kan memang yang tugas untuk menjaga di situ. Sebetulnya (pengamanan) itu baik yang terbuka maupun yang tertutup (sudah dilakukan aparat), dalam arti yang terbuka pakai seragam yang tertutup tidak pakai seragam," lanjutnya.

Kemudian Sultan meminta segenap masyarakat Yogyakarta mengedepankan roso atau rasa dalam bertindak. Sebab, kata Sultan, bila masyarakat mengedepankan rasa maka tindakan intoleransi dalam beragama tidak akan terjadi.

"Khususnya orang Yogya itu kan kalau berbicara opo seng dirasakke (apa yang dirasakan), ora seng dipikirke (tidak yang dipikirkan). Budaya kita kan itu. Karena kalau yang dipikirkan kan bisa bohong, kalau yang dirasakan tidak bisa bohong," sebutnya.

Karena karakteristik warga Yogya lebih mengedepankan rasa, Sultan tidak mengetahui bagaimana bisa kasus penyerangan gereja terjadi di wilayah ini. Sultan menduga kasus intoleransi ini terjadi karena tidak dilandasi kesadaran segenap elemen masyarakat.

"Tidak bisa kalau kesadaran itu hanya sepihak. Kesadaran itu harus semua pihak, saling menjaga, begitu. Saling menjaga itu dalam arti ada kesadaran masyarakat. Semestinya apa yang harus dilakukan, jadi roso (rasa) itu yang bicara," pungkas dia. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads