Kepala Dinas Perhbungan Jawa Barat Dedi Taufik memperkirakan bus pariwisata yang mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang pada Sabtu (10/2/2018) sore karena rem blong. Kondisi rem ini yang tak memadai ini menjadi salah satu kesimpulan dari tujuh kecelakaan maut yang pernah terjadi sejak 2004.
Merujuk hasil investigasi dan penelitian KNKT atas kecelakaan bus Parahyangan pada 26 September 2009 lalu, kondisi pengemudi yang kelelahan juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kecelakaan. Akibat kelelahan pengemudi biasanya menjadi kurang waspada terhadap kondisi jalan di sekitarnya.
Kondisi jalan yang mulus juga bisa membuat sopir lengah dan memacu kendaraan dengan tinggi. Akibatnya bila terjadi sesuatu hal dia kurang dapat mengendalikan laju kendaraan lalu menabrak kendaraan lain atau tebing di kiri-kanan jalan.
Saat terjadi kecelakaan pada 18 Juni 2014, Kepala Polres Subang AKBP Chiko Ardwiatto waktu itu pernah menyebut kondisi Tanjakan Emen punya kemiringan sekitar 45-50 derajat, dan panjang sekitar 2-3 Km. Kondisi ini bisa membuat sopir yang lelah dan memacu cepat kendaraannya bisa memicu kecelakaan.
Selain itu, tanjakan Emen yang berada di kawasan perkebunan teh dan pinus kerap berkabut. Apalagi bila ditambah hujan, tentu jalanan menjadi licin dan jarak pandang terbatas.
Muatan yang berlebih juga bisa menjadi salah satu pemicu kecelakaan. Akibat beban yang terlalu berat, lanju kendaraan biasanya menjadi kurang terkendali dengan baik. Dalam kasus bus Parahyangan tersebut, menurut KNKT, kapasitasnya 35 tempat duduk tidak termasuk pengemudi. Pada saat kejadian, bus mengangkut 47 orang. (jat/jat)