Ya, nama itu memang nama Presiden ke-4 Republik Indonesia yang akrab disapa Gus Dur.
Sinci atau papan Gus Dur itu berada di altar di gedung Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong atau Rasa Dharma, Gang Pinggir, Kawasan Pecinan Semarang. Tempat Sinci Gus Dur berada di tengah-tengah Sinci lainnya dan bentuknya berbeda sehingga mudah terlihat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gus Dur di Indonesia dianggap bapaknya orang China (Tionghoa). Beliau menganggap semua orang sama, tidak membeda-bedakan," kata Ong saat di sela kegiatannya di gedung Rasa Dharma, Jumat (9/2/2018).
Penghargaan kepada almarhum Gus Dur sebagai bapak Tionghoa diberikan oleh Komunitas Tionghoa Semarang bulan Agustus tahun 2014 lalu. Saat itu pula Sinci Gus Dur dipasang.
"Untuk memasang ini sudah izin keluarga Gus Dur. Saat peresmian keluarganya juga datang," ujar Ong.
![]() |
Menurut Ong, masa pemerintahan Gus Dur menjadi angin segar bagi warga Tionghoa di Indonesia. Gus Dur menghilangkan diskriminasi kepada warga Tionghoa yang sebelum seperti memiliki "cap" dan susah mengurus berbagai dokumen.
"Jasa Gus Dur banyak sekali. Salah satu contoh mengurus surat-surat jadi lebih mudah," ujar Ong.
Selain itu, berkat Gus Dur kini perayaan tahun baru Imlek boleh dirayakan tebuka karena sebelumnya Imlek hanya boleh dirayakan di dalam rumah.
"Dulu zaman pak Harto Imlek hanya boleh di dalam rumah, saat Gus Dur Imlek boleh dirayakan," tandasnya.
Sinci, lanjut Ong, merupakan salah satu piranti untuk melacak silsilah karena di bagian belakang terdapat nama-nama leluhur sesuai marga.
Sembahyang di altar untuk menghormati leluhur biasanya dilakukan tanggal 1 dan 15 kalender China. Sinci Gus Dur sama dihormatinya seperti Sinci yang lain. Jasanya akan terus dikenang oleh warga Tionghoa Semarang. (alg/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini