Pengunggah pertama foto tersebut yang tak lain adalah pimpinan ponpes, Ustaz Ahmad Syatibi memberikan klarifikasinya terkait unggahan tersebut.
"Saya memposting (foto) itu karena syok melihat santri saya pulang ke pesantren bajunya robek-robek. Katanya habis dianiaya," ungkap Ahmad kepada wartawan di Mapolres Garut, Jalan Sudirman, Karangpawitan, Rabu (7/2/18).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad mengaku tujuan mengunggah foto tersebut hanya untuk mengingatkan semua agar berhati-hati jangan sampai kejadian penganiayaan terhadap santrinya yang semula dianggap Ahmad benar itu tidak terjadi di daerah lain.
"Tidak ada maksud apapun, apalagi untuk membuat rating pesantren saya naik. Ini murni rasa kekhawatiran saya," katanya.
Ahmad juga menyampaikan permohonan maaf dan berencana akan segera menghapus foto tersebut dari akun Facebook milik pribadinya.
Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna memastikan jika kasus penganiayaan itu adalah bohong. Budi mengatakan jika hal itu human error.
"Ini murni human error. Jadi, mohon maaf, Uloh ini memiliki keterbatasan dalam berbicara. Jadi dia kesulitan dalam menyampaikan suatu hal," kata Budi, hari ini, di tempat yang sama.
Budi juga menegaskan jika kasus yang terjadi di Garut ini tidak ada sangkut pautnya dengan dua kejadian yang menimpa ulama di Bandung.
"Enggak ada kaitannya. Sekali lagi saya tegaskan ini murni human error," pungkas Budi.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini