"Sebagian besar (diduga membuang limbah pabrik) tekstil, ada kertas juga," ujar Anang kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar Anang Sudarna Anang kepada wartawan saat meninjau Sungai Citarum di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Senin (5/2/2018).
Petugas gabungan yang dari aparat dinas, TNI dan Polri mengambil sampel air yang diduga menyimpan kandungan limbah tersebut. Hasil sampel air yang diambil saat ini dalam tahap uji laboratorium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah pabrik terindikasi membuang sampah mencapai puluhan. Angka tersebut terus bertambah saat tim gabungan melaksanakan sidak ke 49 pabrik di sejumlah daerah Jabar pada 2-3 Februari 2018.
Sebelumnya Satgas Citarum Harum menemukan 31 pabrik yang dituding membuang limbah ke Citarum. Kini dari 49 yang disidak itu tercatat 39 yang dianggap merusak lingkungan Citarum.
"Kami sidak itu ada 39 dari seluruh kabupaten dan kota. Lokasinya di cekungan Bandung, kecuali Sumedang," kata Anang.
Menurut dia, dari total 39 perusahaan itu satu perusahaan di Kota Cimahi menolak untuk diperiksa Dinas Lingkungan Hidup. Pihaknya bersama pihak TNI dan Polri akan kembali memeriksa perusahaan tersebut. Sedangkan tiga perusahaan lainnya tidak beroperasi.
"Ada satu yang menolak (diperiksa) di Kota Cimahi. Mereka merasa ada beking kuat. Kita tidak tahu bekingnya siapa. Kita tunggu satu jam, mereka menyatakan tidak bisa menerima. Kita akan turun lagi dengan penyidik," tutur Anang.
Ia menuturkan, sidak yang dilakukan terbagi ke dalam tujuh zona yaitu empat zona di Kabupaten Bandung dan tiga zona di Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kota Bandung. ""Zona satu itu meliputi Majalaya dan sekitarnya. Zona dua, Bojongsoang dan Rancaekek. Zona tiga, Dayeuhkolot dan empat Dayeuhkolot sampai Curug Jompong," ujar Anang.
Sampah di Citarum
Sampah masih memenuhi bibir Sungai Citarum yang berada di Kecamatan Bojongsoang-Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hal tersebut diketahui saat Dansektor VI Kol Inf Yudi Zanibar bersama puluhan anggotanya menyusuri aliran Sungai Citarum di Desa/Kecamatan Bojongsoang sampai Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot.
"Kami sudah lima hari berada di bibir sungai, itulah kondisinya (masih dipenuhi sampah," kata Yudi kepada wartawan di aliran Sungai Citarum.
Yudi mengungkapkan hingga kini pihaknya terus gencar mendekati warga agar tidak membuang sampah ke aliran sungai. "Sampai saat ini kita masih melakukan sosialisasi dan pendekatan dengan warga, masih ada warga yang membuang sampah dan ada juga yang sudah sadar," ungkapnya
Yudi bersama 200 anggotanya yang dibantu sejumlah kelompok masyarakat masih menemukan kesulitan untuk membuang sampah warga yang menumpuk di bibir Citarum. "Ada sampah yang menumpuk karena tidak ada pembakaran dan alat pengangkutnya akhirnya dari pada dibuang ke sungai, atas kesepakatan sekuat warga kita laksanakan pembakaran," tutur Yudi.
![]() |
"Lumpur dan sampah mengendap di dasar sungai. Kedalam sungai mencapai 2.5 meter, lumpurnya sekitar 1 meter tapi menyatu dengan lumpur," katanya.
Saat perahu melintasi aliran Citarum lama, belum sampai 200 meter mesin perahu mati karena baling-baling nya tersangkut sampah. "Gini mati terus mesinnya karena tersangkut sampah, ada karung bahkan kain (jenis sampah)," ujarnya
Yudi segera berkoordinasi dengan BBWS untuk mengatasi sampah di aliran sungai tersebut. Kini, dia menambahkan, sampah yang menumpuk itu sudah dibersihkan personel TNI.
"Saya akan koordinasi dengan BBWS bagaimana kendaraan alat berat untuk mengeruk sampah," kata Yudi. (bbn/bbn)