"Desa Kalirejo dan Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman menjadi prioritas pemasangan. Namun untuk saat ini kita baru memasang satu alat EWS di Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman," jelas Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, kepada detikcom di kantornya, Selasa (31/1/2018).
Menurut Edi, EWS yang dipasang oleh beberapa petugas dari BPBD tersebut masih berupa alat sederhana. Meskipun demikian, fungsi dan prinsip kerjanya sama dengan EWS permanen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakannya, BPBD sendiri telah menganggarkan untuk pengadaan dan pemasangan EWS permanen. Akan tetapi, realisasi itu masih harus menunggu kucuran dana dari APBD Kabupaten Magelang yang baru akan turun pada triwulan dua tahun 2018 melalui proses pengadaan.
"Saya sedang berpikir, EWS ciptaan sendiri ini kalau memungkinkan secara prosedur keuangan akan jadi pilihan kita. Hal ini masih saya koordinasikan, besok akan dirapatkan terlebih dahulu," imbuh Edi.
Dia menjelaskan, EWS yang dipasang saat ini terbuat dari bahan-bahan sederhana dan murah. Seperti baterai, tali, sirine, dan beberapa pelengkap lainnya. Cara kerjanya pun sederhana, yakni ketika ada pergerakan tanah, tali juga akan ikut bergerak sehingga memicu sirine berbunyi.
"Selama ini warga selalu melek, ronda, berjaga-jaga untuk mengantisipasi adanya pergerakan tanah. Dengan adanya EWS ini, mereka bisa istirahat, kalau terdengar suara sirine baru kemudian siaga," terangnya.
Edi menyebutkan, Kabupaten Magelang memiliki sejumlah titik rawan bencana tanah longsor terutama yang berada di lokasi perbukitan.
"Lokasi yang memiliki potensi longsor paling besar adalah Kecamatan Salaman dan Kecamatan Borobudur. Diantaranya Desa Ngargoretno, Desa Kalirejo, Desa Selorejo, Desa Margoyoso, dan lainnya," tandas Edi. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini