Mereka bahu-membahu menangkap hama tanaman mereka. Alat yang dipakai menggunakan gedhek dari bambu. Dengan gedhek bambu, warga kompak melakukan gropyokan atau pemburuan massal babi hutan di ladang kapulaga yang berada tidak jauh dari pemukiman. Hasilnya, dalam 3 hari saja mereka berhasil menangkap 15 ekor babi hutan.
"Sabtu sampai Senin, warga sudah menangkap 15 ekor babi hutan. Paling banyak hari Senin kemarin warga dapat 10 ekor babi hutan. Hari ini dilanjutkan lagi," ujar Kades Sinduaji, Agus Sikin, Selasa (30/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di gedhek yang sudah dipasang, sebagian warga siap-siap di sana dengan membawa senjata tajam. Sehingga ketika ada babi hutan, warga yang ada di sekitar gedhek langsung membunuh dengan senjata tajam tersebut," jelasnya.
Hama babi hutan selama ini dinilai mengganggu hasil pertanian kapulaga milik warga. Karenanya setiap 6 bulan sekali dilakukan pemburuan babi hutan. Biasanya, pemburuan babi hutan ini dilakukan hingga dua pekan.
"Tetapi kalau tiga hari saja sudah tidak ada babi hutan sudah dihentikan. Nanti ketika sudah terlihat ada lagi dilakukan perburuan lagi," kata dia.
Hasil tangkapan tidak dikonsumsi warga karena sudah ada yang membeli. Namun Agus mengaku tidak tahu pasti harga dan peruntukannya babi hutan hasil tangkapannya itu oleh pembelinya. Menurutnya, yang terpenting bagi warga adalah lagan pertaniannya aman dari serangan hama.
"Kalau babi hutan ini untuk apa saya tidak tahu, ada pembeli yang datang ke sini," tuturnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini