"Ini kan problemnya adalah problem sepi penumpang, bukan soal jalan di mana, di mana. Itu kan bukan soal ditutup dan nggak ditutup, tapi soal penumpang menurut saya. Soal sepi sekarang," kata Taufik saat dihubungi detikcom, Selasa (30/1/2018).
Ia pun menyarankan agar ada pembahasan antara sopir angkot dan Dinas Perhubungan (Dishub) terkait kebijakan tersebut. Menurutnya, Dishub perlu pandai-pandai menciptakan rekayasa lalu lintas sebagai solusi dari keluhan para sopir angkot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya bilang sih soal penempatan kaki lima kayak waktu dua minggu lalu saya datang itu mereka semua bersyukur loh ditempatkan, omzet naik. Bahwa satu sisi ada yang begitu, di sudut lain tadi misalnya berkekurangan. Dishub harus pandailah merekayasanya," lanjutnya.
Seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta memutuskan menutup Jalan Jatibaru untuk menertibkan PKL. Sopir angkot yang biasa beroperasi di jalan tersebut pun merasa dirugikan adanya keputusan tersebut.
Salah seorang sopir Mikrolet 03 rute Karet-Roxy, Yadi, menyebut pendapatannya menurun drastis pascapenutupan Jalan Jatibaru. Menurut Yadi, Jalan Jatibaru di depan Stasiun Tanah Abang selama ini menjadi sumber penumpang paling banyak untuk trayek yang melintas di kawasan-kawasan tersebut.
"Ya jelas berkurang habis, makanya kita demo. Paling ramai penumpang kan di depan Stasiun (Tanah Abang). Pas jalur ditutup kita terpaksa muter ke Cideng, sekarang sepi banget penumpang," ucap Yadi saat ditemui di Karet, Jakarta Pusat, Senin (29/1). (yas/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini