Mega Minta Peserta Sekolah Calon Kepala Daerah Hindari Isu SARA

Mega Minta Peserta Sekolah Calon Kepala Daerah Hindari Isu SARA

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Minggu, 28 Jan 2018 17:05 WIB
Foto: Megawati Buka Sekolah Calon Kepala Daerah PDIP. (Lamhot Aritonang-detikcom)
Jakarta - Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan arahan kepada seluruh peserta sekolah partai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Megawati menekankan pentingnya menghindari money politics dan isu SARA.

Pengarahan terhadap peserta sekolah partai itu diselenggarakan secara tertutup. Wasekjen PDIP Ahmad Basarah menyampaikan dua isu tersebut pasti akan ditekankan kepada setiap peserta.

"Pertanyaan apakah mengenai Ibu Mega akan menekankan calon kepala daerah untuk menghindari strategi money politics dan menghindari isu SARA. Jawabannya benar 100 persen. Bahkan Saya yakin, nafas ideologi Bu Mega sama seperti kader," kata Basarah di Hall Leonie, Wisma Kinasih, Jalan Raya Tapos, Depok, Minggu (28/1/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Basarah lantas bicara soal PDIP yang menurutnya sering menjadi sasaran black campaign dalam Pilkada. Menurutnya, banyak tuduhan yang tak berdasar yang ditujukan kepada PDIP.

"Bahwa dalam dinamika politik pilkada black campaign sering dialamatkan kepada PDIP, kita sama sama tahu, kami paling sering dapat tuduhan partai yang tak ramah terhadap Islam, partai komunis, partai PKI, partai pendukung kafir dan lain-lain, saya kira Bu Mega akan berdiri kokoh untuk menjelaskan kepada calon kepala daerah dan kepada masyarakat luas bahwa PDIP itu parpol berasaskan Pancsila," ujarnya.

Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai saat ini banyak pihak yang menyerukan untuk tidak memilih partai tertentu. Seruan itu diselipi dengan nada-nada ujaran kebencian. Dia menyesalkan sikap tersebut.

"Ini setelah reformasi menjelang 20 tahun serentak justru ada pihak pihak yang mengatakan jangan pilih partai A, jangan pilih partai B, jangan pilih partai C, dan kemudian mengkerdilkan suara rakyat itu sendiri. Suara rakyat seolah-olah bisa dimanipulasi, oleh ujaran-ujaran kebencian, dengan ujaran memecah belah bangsa padahal 28 Oktober 1928, kita telah satu bangsa, bertanah air satu, menjunjung tinggi bahasa persatuan," tuturnya. (knv/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads