"Jika situasi Hanura tidak membaik, maka Hanura berpotensi terlempar dari parlemen dan menjadi 'partai gurem' dengan elektabilitas di bawah 2%," demikian paparan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis di Graha Dua Rajawali, Jl Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (24/1/2018).
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, selanjutnya memaparkan tilikan terhadap elektabilitas Hanura berdasarkan hasil survei pada 7-14 Januari 2017. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan jumlah responden 1.200 orang. Wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner, dilengkapi diskusi kelompok terarah (FGD) dan analisis media massa. Margin of error survei ini adalah 2,9 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hanura semakin terpuruk di 0,7%. Bisa jadi karena faktor kemarin sempat ada konflik di internal Hanura, antara kubu Manhattan dan kubu Ambhara," kata Rully.
Namun kini Hanura sudah Islah. Oesman Sapta Odang kembali menjadi ketua umum. LSI Denny JA kemudian menganalisis berdasarkan diskusi kelompok terbatas (FGD) dan berita media massa.
"Isu perpecahan ini berpotensi memperburuk elektabilitas. Bisa jadi Hanura berbalik dengan adanya islah ini, bisa jadi selanjutnya ada kenaikan," ujar Rully.
Elektabilitas di bawah Hanura ditempati oleh partai baru dan partai gurem, demikian LSI Denny JA mengistilahkannya. Partai itu adalah Perindo dengan elektabilitas 3,0%, PSI 0,3%, PKPI 0,2%, dan PBB 0,3%.
"Partai baru dan partai papan bawah terancam tak lolos ambang batas parlemen, kecuali ada program 'big bang' yang menarik dan magnet tokoh yang kuat," kata Rully. (dnu/idh)