Ekspresi Cinta Daoed Joesoef Terhadap Borobudur

Mengenang Daoed Joesoef

Ekspresi Cinta Daoed Joesoef Terhadap Borobudur

Sudrajat - detikNews
Rabu, 24 Jan 2018 11:50 WIB
Mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef (Fuad Hasyim)
Jakarta -

Daoed Joesoef punya cara sendiri mengekspresikan rasa cintanya kepada Borobudur. Dia mengaku pertama kali jatuh cinta kepada candi peninggalan umat Budha itu pada sekitar 1953. Kala itu ia bersama karibnya, Adi Putera Parlindungan, yang kuliah di UGM, menjejakan kaki di puncak Borobudur saat purnama terang menyala.

Saat berada di puncak stupa tertinggi, lelaki kelahiran Medan, 8 Agustus 1926 itu merasakan kedamaian yang luar biasa. "Rasanya kita ada di dekat surga. Ini pertama kali saya jatuh cinta kepada Borobudur," katanya.


[Gambas:Video 20detik]

Di usia menjelang 80 tahun, jiwanya sebagai ilmuwan dan cendekiawan tak sepenuhnya pudar. Dengan tekun Daoed Joesoef melakukan riset dan menuliskannya menjadi buku bertajuk, Borobudur. Buku setebal 163 halaman itu dilengkapinya dengan goresan-goresan sketsa proses pemugaran Borobudur itu diterbitkan Kompas Penerbit Buku pada 2004. Semua itu mungkin berkat rasa cinta Daoed yang amat sangat terhadap Borobudur.

Kecintaan Daoed juga berdasar keprihatinan oleh kenyataan betapa karya agung tersebut dalam kondisi luar biasa kotor, dan nyaris roboh. Hewan ternak bebas berkeliaran di sekitar candi. Aneka sampah berserakan di setiap gang di dalam candi. Umat yang melakukan meditasi di candi pun campur-baur dengan anak-anak yang bermain bola atau muda-mudi yang indehoy di sana.

Sebelum benar-benar naik, seorang pemilik warung menasihati agar cepat turun bila tiba-tiba terasa gempa. "Takut roboh, karena Borobudur sudah miring betul."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontak pertama Daoed Joesoef dengan Borobudur itu betul-betul menyentuh nuraninya. Ia mengaku sampai murung berhari-hari setelah kembali di Jakarta. Daoed tak habis pikir kenapa orang-orang begitu tega mencemarkan peninggalan nenek moyang yang seharusnya dirawat dengan baik.

Pada 1882, tulisnya di buku itu, rezim Belanda pernah mengusulkan untuk meruntuhkan Borobudur yang kondisinya sudah rapuh. Reliefnya dipreteli lalu disimpan di museum. Tapi usulan ini lebih didasari semacam putus asa mengingat pertimbangan teknis dan besarnya dana yang diperlukan untuk memugar dan merawatnya. "Untunglah pengambil keputusan di Batavia menolak usul tersebut," tulis Daoed.

Akhirnya pemugaran baru terlaksana belasan tahun kemudian, tepatnya pada 1900. Kala itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1899-1904) Willem Rooseboom, menunjuk Theodoor van Erp sebagai ketua tim penyelamatan Borobudur. Di dalamnya ada arkeolog J. Brandes dan B.W. van de Kamer (insinyur pembangunan). Atas usul Van Erp, tim yang semula cuma akan memperbaiki saluran air hujan dan beberapa bagian yang terancam runtuh disetujui untuk memugarnya secara utuh.

"Pemugaran dimulai pada Agustus 1907 di masa Johannes Benedictus van Heutsz, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1904-1909," tulis Daoed Joesoef. Pekerjaan proyek raksasa itu baru rampung sekitar empat tahun kemudian ketika Heutsz A.W.F. Idenburg (Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1909-1916).

Di masa pendudukan Jepang, 1942-1945, yang dikenal kejam dan kemaruk pun ternyata tak kuasa bertindak beringas terhadap Borobudur. Kepala Dinas Arkeologi Dr. Stutterheim sengaja dilepas dari selnya. "Dia diminta meneruskan berbagai usaha perbaikan-perbaikan kecil agar candi tidak runtuh."

***

Ketika berada di Prancis guna meraih gelar doktor di Universitas Sorbone, 1964-1972, Daoed Joesoef berupaya mewujudkan keprihatinan dan kecintaannya kepada Borobudur. Karena sering berlama-lama di perpustakaan Unesco di Paris, Daoed menguping informasi adanya dana pemugaran untuk tempat atau situs yang diakui sebagai warisan dunia.

Sayang, ketika informasi ini disampaikan ke KBRI, responsnya tak seperti yang diharapkan. Hingga suatu hari, Menteri Pendidikan Mashuri langsung menunjuknya sebagai penasehat delegasi Indonesia untuk UNESCO.

Bersaing dengan situs Mohenjodaro dari Pakistan dan Venesia dari Italia, Borobudur akhirnya menang dan mendapatkan dana tersebut. Pemugaran Borobudur dimulai pada 10 Agustus 1973.

Ketika pada 1978 ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Soeharto, kebetulan dana Borobudur cair. "Dan per definisi, pekerjaan restorasi tersebut di bawah kementerian saya," tulis Daoed Joesoef.

Pada 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur yang menghabiskan dana 24 juta US Dollar, dinyatakan berakhir dan sukses sesuai rencana. Pada 1991, Unesco mengukuhkan Borobudur sebagai warisan budaya dunia. Dengan demikian, Borobudur bukan cuma milik umat Budha tapi milik seluruh umat yang harus dijaga bersama, apapun risikonya.

(jat/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads