Insiden ini terjadi saat warga lokal tengah berkumpul untuk memperingati berakhirnya kerajaan Buddha kuno, Arakan. Namun kemudian perayaan itu berubah rusuh hingga menelan korban jiwa.
Awalnya warga berkumpul di kota Mrauk U, bagian utara Rakhine pada Selasa (16/1) malam waktu setempat untuk memperingati berakhirnya kerajaan Arakan. Demikian disampaikan sekretaris pemerintah negara bagian Rakhine, Tin Maung Swe. Namun kemudian sekitar 4 ribu orang mengepung sebuah gedung pemerintah setelah seremoni tahunan untuk memperingati berakhirnya kerajaan Arakan, lebih dari 200 tahun silam itu. Belum jelas penyebab kerusuhan tersebut. Maung Swe mengatakan, warga tidak mendapatkan izin dari otoritas setempat untuk melakukan aksi demo tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tun Ther Sein, anggota parlemen dari Mrauk U, sejumlah demonstran yang terluka dalam kondisi kritis dan telah dibawa ke rumah sakit di Sittwe, ibu kota Rakhine.
Etnis Rakhine Buddha, juga dikenal sebagai orang-orang Arakan, merupakan satu dari 135 kelompok etnis yang diakui secara resmi di Myanmar.
Ketegangan di negara bagian Rakhine telah meningkat sejak operasi militer Myanmar pada Agustus 2017 lalu memicu eksodus lebih dari 650 ribu warga muslim Rohingya ke Bangladesh. (ita/ita)