Dituturkan pejabat senior kepolisian Jepang, Hiroshi Abe, kepada AFP, Selasa (19/1/2018, petugas penyelamat dari patroli pantai Jepang menemukan tujuh jenazah pria di dalam kapal yang telah menjadi rongsokan ini. Kapal ini tersapu ombak hingga ke perairan Kanazawa, Jepang, pekan lalu.
Sesosok jenazah pria lainnya ditemukan di lautan yang berjarak hanya 15 meter dari kapal itu. Kondisi jenazah terakhir ini telah membusuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditekankan Abe bahwa ombak dan gelombang laut yang besar mempersulit otoritas setempat untuk menyelidiki kapal rongsok ini secara menyeluruh. Otoritas Jepang belum bisa memastikan asal kapal ini. "Kami melihat adanya kota tembakau dengan sejumlah huruf Korea, tapi kami tidak bisa mengkonfirmasi bahwa kapal ini benar datang dari Korea Utara," ucap Abe.
Namun sejumlah pejabat patroli pantai Jepang meyakini kapal ini merupakan kapal nelayan Korut yang terbawa gelombang besar hingga ke wilayah pantai Jepang. Kasus serupa tercatat mengalami peningkatan sejak tahun lalu.
Tayangan televisi setempat menunjukkan bangkai kapal rongsok yang bagian lambungnya rata ini terdampar di pantai Jepang. TV Asahi melaporkan sebuah lencana dengan gambar mendiang pemimpin Korut Kim Jong-Il ditemukan di antara puing-puing kapal.
Data dari patroli pantai Jepang mencatat ada 104 kasus kapal Korut terdampar ke pantai Jepang sepanjang tahun 2017. Jumlah itu meningkat drastis jika dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai 66 kasus saja. Terkadang para anak buah kapal tewas saat di tengah lautan. Fenomena ini dijuluki media lokal sebagai fenomena 'kapal hantu'.
Para pakar menilai banyak nelayan Korut yang nekat mencari ikan hingga ke lautan lepas demi memuaskan mandat pemerintah untuk mendapatkan tangkapan yang lebih besar. Namun seringkali kapal dan perlengkapan para nelayan Korut ini sudah tua dan sangat tidak memadai.
Kapal-kapal nelayan Korut rawan terkena masalah mesin juga gangguan lainnya, seperti kehabisan bahan bakar di tengah laut. Kapal mereka juga tidak dilengkapi dengan alat keselamatan yang layak. Kekurangan pangan berkepanjangan dan sanksi internasional yang dijatuhkan kepada Korut turut berkontribusi pada buruknya kapal dan perlengkapan para nelayan Korut.
(nvc/rna)