Selaku Ketua DPW Partai NasDem Sumut, Tengku Erry disorongkan partainya untuk maju ke periode kedua. Ia didukung Partai Golkar, PKB, dan PKPI. Namun politik itu bundar dan berjalan dinamis.
Setelah partai beringin itu berganti kepemimpinan dari Setya Novanto ke Airlangga Hartarto, dukungan Golkar berubah arah. Golkar mengeluarkan SK baru mendukung mantan Pangkostrad Edy Rahmayadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa itu wajar-wajar saja. Saya ingin maju, dan banyak orang juga yang ingin maju. Tapi harus tentu memenuhi persyaratan minimal 20 persen. Partai kami tidak mencukupi untuk itu," kata Erry dengan legowo.
Nasib Erry tak semanis incumbent lainnya. Lihatlah Alex Noerdin, yang mulus menjadi Gubernur Sumsel dua periode. Ada pula Ganjar Pranowo, yang kembali didukung partainya menjadi cagub Jateng periode kedua. Rano Karno juga merasakan bursa pilgub kedua di Banten, meski akhirnya kalah.
Di Kalbar, Cornelis juga mulus menjadi gubernur dua kali. Jabar pun demikian, Ahmad Herwayan menjadi gubernur untuk kedua kali. Begitu juga Jawa Timur dengan Soekarwo, yang memimpin 10 tahun. Malah wakilnya, Gus Ipul, kembali merasakan kursi bursa pilkada tahun ini.
Tapi Erry punya cerita politik sendiri. Parpol yang semula mendukung Erry justru mengalihkan dukungan.
"Sudah dimaksimalkan. Sudah menjadi keputusan. Harus kita hormati. Itulah demokrasi. Kita harus lihat secara realitas saja," ucap Erry. (asp/asp)











































